Friday, February 05, 2010
Vertical Limit, Up
Monday, February 01, 2010
What kind of church (2)
What kind of church..
Tuesday, January 19, 2010
The Ca'my Language
Thursday, January 07, 2010
Potato in the dry land
Saturday, January 02, 2010
The Joy of Fatherhood
I have been following one pastor's twitter. I emphatized with his struggle as he has an international pop star wife who lives in US with their son. That leaves him with limited time with his 4 years old son. He would share in his twitter his joy of fatherhood when he has that limited time to spend with his son, such as sending him to music school in LA or just carrying him asleep.
Tuesday, December 22, 2009
It’s Christmas Day
atau tidak. Yang jelas, dimulai ketika saya mendengar sebuah lagu
‘It’s Christmas Day’ yang dinyanyikan oleh Mandisa dan Michael W
Smith. Saya terpesona mendengar lantunan merdu lagu itu.
Nah, saya tahu siapa Michael W Smith, tapi saya tidak tahu itu
Mandisa. Jadi saya meng-google nama itu dan menemukan keterangan
mengenai penyanyi itu di wikipedia,
http://en.wikipedia.org/wiki/
Ternyata dia adalah salah seorang finalis American Idol 2006,
hmmm….namun tiba-tiba ada sesuatu yang menarik perhatian saya. Di situ
diceritakan bahwa salah satu juri, Simon Cowell ternyata melecehkannya
karena penampilan fisiknya. Simon Cowell mengeluarkan beberapa
komentar tentang berat badannya sewaktu audisi. Waktu pertama kali
melihat Mandisa, Simon dengan sinis menyindir bahwa sekarang kita
memerlukan panggung yang lebih besar.
Saat Mandisa menemui para juri sesaat sebelum sesi final untuk 24
semi-finalis, dia berkata pada Simon, “Apa yang saya mau katakan
padamu, ya, bahwa engkau menyakiti saya, dan saya menangis saat itu,
dan benar-benar sakit, ya itu benar-benar menyakitkan. Tapi saya ingin
kamu tahu, kalau saya telah mengampuni kamu dan bahwa kamu tidak
memerlukan seseorang untuk minta maaf, untuk mengampuni orang lain.
Saya temukan, bahwa kalau Yesus rela mati supaya semua salahku dapat
diampuni, tentulah saya dapat memberikan kasih karunia ini juga kepada
engkau..”
Mandisa kemudian memenangkan beberapa Grammy dan Dove award dan
menelurkan beberapa album seperti It’s Christmas, Christmas Joy dan
True Beauty dan beberapa singles seperti God Speaking, Voice of a
Savior, dan lain lain.
Pagi ini saya bertemu dengan seorang kawan lama. Dia adalah seorang
mantan CEO salah satu perusahaan asuransi terbesar di Afrika Selatan,
yang kemudian di puncak karirnya memutuskan untuk datang ke Asia
Tenggara dan menjadi misionaris.
Sambil nongkrong di warung kopi, kami berbincang-bincang dan saling
berbagi pergumulan kami masing-masing. Saat saya berbicara tentang
‘kemalangan’ dan ‘ketidak-adilan’ yang baru saya alami di kantor, dia
tiba-tiba dengan semangat bercerita tentang satu kisah dari Afrika
Selatan.
Ketika pemerintahan apartheid di Afrika Selatan baru berakhir, Nelson
Mandela mengeluarkan suatu keputusan, bahwa siapapun yang dulu
melakukan kejahatan, asalkan mau mengaku di pengadilan maka akan
diputus-bebas oleh pengadilan. Nah, seperti yang Anda tahu, Afrika
Selatan adalah tanah berdarah, di mana banyak terjadi peperangan sipil
antara kulit hitam dan kulit putih. Kalau Mandela tidak mengeluarkan
keputusan itu, dapat dibayangkan berapa banyak orang yang harus masuk
penjara dan penjara akan penuh sampai 20-30 tahun ke depan.
Adalah seorang polisi bernama van de Broek mengaku bagaimana dia
menangkap seorang anak muda kulit hitam, memukuli dan menyiksanya,
sebelum kemudian dia membunuhnya. Kemudian karena mereka hendak
berpesta, mereka juga mem-‘barbeque’ anak itu. Delapan tahun kemudian
van de Broek kembali ke rumah anak itu dan menangkap bapaknya,
kemudian di depan istrinya, ibu si anak, Broek mengikat bapak tersebut
dan membakarnya hidup-hidup.
Desmond Tutu, pemenang Nobel perdamaian, mengepalai acara ‘hearing’
tersebut. Dia bertanya kepada wanita yang merupakan ibu si anak itu,
“Apa yang Anda mau dari dia?”
Ruang pengadilan itu menjadi senyap.
Wanita itu minta tiga hal. Yang pertama dia minta supaya van de Broek,
membawanya ke tempat di mana mereka dibakar dan mengumpulkan abu
mereka, supaya mereka bisa dikebumikan secara layak, dan dia ingin
Broek menghadiri acara pemakaman itu. Sang polisi itu mengangguk
setuju.
Lalu dia melanjutkan, “Tuan van de Broek telah mengambil keluarga saya
dari dia, padahal saya masih memiliki banyak kasih untuk dibagikan.
Sebulan dua kali, saya minta dia datang ke ghetto saya dan
menghabiskan sehari bersama saya, supaya saya bisa menjadi ibunya. Dan
saya ingin agar Tuan van de Broek tahu, kalau dia telah diampuni oleh
Tuhan dan bahwa saya telah mengampuni dia juga. Dan saya minta untuk
memeluk dia sekarang, agar dia tahu kalau pengampuan ini nyata….”
Spontan, orang-orang menyanyi lagu Amazing Grace di ruang pengadilan
itu, saat wanita tua itu melangkah ke depan. Tetapi Broek tidak dapat
mendengar lagu itu, dia jatuh pingsan dalam kekagetannya.
Allah juga melangkah ke dalam dunia ini waktu hari Natal. Untuk
memeluk dunia yang gelap dalam pengampunan. Dia datang sebagai bayi
kecil, agar dunia dapat melihat bahwa pengampunan itu nyata…
Monday, December 21, 2009
Feng Shui
The Christmas I Want
Sepanjang jalan Orchard di Singapura sudah dihiasi lagi dengan megah dan
gemerlap menyambut hari Natal ini. Orang-orang lalu lalang dengan gembira, di
tengah banyak bangunan mall-mall yang baru dan mewah.
Singapura bukan negara Kristen tentunya, dan orang Kristen tentu cuma minoritas.
Tetapi musim Natal disambut dengan gembira oleh banyak orang. Pertama-tama
karena musim liburan. Pada umumnya beban kerja di kantor menurun, holiday-mood,
lah. Orang banyak mengambil cuti, kesibukan menurun, dan siapa tidak suka
melihat hiasan-hiasan Natal yang gemerlap, Sinterklas yang lucu dan pohon Natal
yang indah. Natal, juga mendekati akhir tahun, dan kebanyakan karyawan
menantikan bonus akhir tahun mereka. Dan tentu saja, selalu ada hal yang menarik
hati yang disediakan untuk kita semua. Diskon Natal untuk Christmas fashion
terbaru, menu khusus hari Natal yang menggoda lidah, dan berbagai sale dan
diskon bertebaran.
Jadi siapa yang tidak suka hari Natal?
Benar, memang bagi banyak orang yang berbeban berat, suasana di atas tidak
banyak menolong. Karyawan yang baru dipecat, sulit untuk menghamburkan uang
untuk Christmas shopping. Orang-orang yang sakit, sulit melihat harapan di
tengah mall-mall mewah bertaburan luxury goods.
Namun suasana Natal yang gemerlap itu tentu nyaman untuk sekedar `take a break'
setelah sepanjang tahun penat membanting tulang, bagi banyak orang.
Tapi, kan, Anda mungkin menyanggah, Natal bukan soal itu, ada pesan Natal yang
sesungguhnya karena kedatangan seorang bayi di palungan 2000 tahun yang lalu…
Saya bertanya-tanya, kalau misalnya Anda sedang terjerat dan terjepit dalam
masalah yang sangat berat, lalu mendengar pesan Natal, yang itu-itu lagi, yang
sudah Anda dengar mungkin puluhan kali, akankah pesan Natal itu membawa arti
bagi Saudara?
Kita tahu, sepertinya tidak ada yang mengena di hati kita (lagi), tinggallah
Natal itu soal gemerlap hiasan lampu Natal dan Sinterklas yang lucu…
Teringatlah saya, kejadian 2000 tahun yang lalu itu, adakah hari itu benar-benar
membawa arti dan mengubah hidup banyak orang?
Ya, bagi para gembala, mereka bersuka cita dan membawa berita kesukaan besar
kepada banyak orang. Cerita tentang gembala bertemu bala tentara malaikat tentu
cepat menyebar di kota kecil itu. Tapi, tidak banyak orang "menerima" berita
itu, Alkitab cuma mencatat mereka heran. Titik. Lagipula, kalau semua orang
sekota itu dan daerah itu bertobat, 30 tahun kemudian tentu pelayanan Tuhan
Yesus akan lebih mudah.
Ya, bagi Simeon dan Hana, yang membawa berita sukacita itu di Bait Allah, saat
Yesus berumur 8 hari. Kedua orang ini tentu tidak berbicara bahasa sandi saat
itu, kesaksian mereka nyata, dan Hana adalah seorang nabi yang tinggal di dalam
Bait Allah itu sendiri. Jadi mengapa cuma dua orang di dalam Bait Allah itu yang
melihat `makna' itu dan tidak para ahli Farisi, imam-imam, ahli Taurat, dan
segala macam orang yang datang ke Bait Allah? Kalau mereka menerima Yesus pada
saat itu, tentunya mereka tidak akan mati-matian menentang Yesus, 33 tahun
kemudian…
Ya, bagi orang Majus yang mengarungi jarak yang jauh dan mempersembahkan
barang-barang mereka yang paling berharga. Tetapi tidak bagi penduduk sekitar,
yang bisa dengan mudah datang dengan berjalan kaki.
Mengapa?
Kita tahu bahwa Allah mengasihi kita, kita tahu bahwa Bayi yang datang 2000
tahun yang lalu itu adalah suatu perkara yang besar. Tetapi kenapa berita itu
sekarang tidak lagi mengena di hati kita?
Karena walau kita tahu bahwa Allah mengasihi kita, kita punya kemauan dan
keinginan akan `apa yang kita mau' dari perwujudan kasih itu. Dan apa yang kita
mau, mungkin berbeda dengan bagaimana Allah menyatakan kasihNya...
Orang-orang Yahudi menantikan datangnya Mesias selama beratus-ratus tahun, dan
dalam penindasan dan penghinaan yang berat oleh orang Romawi, tidakkah yang
mereka nantikan seorang Mesias yang perkasa, yang datang dengan Pedang dan Api
yang menyala-nyala, dan memulihkan Kerajaan Israel pada masa itu?
Bagi para orang Farisi dan ahli Taurat, tidakkah mereka berharap, bahwa Mesias
itu akan datang sebagai Imam yang megah, dalam kelebatan efod sorgawi,
diselubungi awan kemuliaan yang menggentarkan semua orang, yang kemudian akan
kemudian mengangkat para imam dan orang Farisi itu sebagai orang-orang penting
untuk menghakimi umat Allah?
Tetapi Bayi itu datang dalam keadaan sederhana, lahir di palungan. Dia menaiki
keledai saat memasuki Kota Raja, Yerusalem. Dia mengajar dan mengecam
kemunafikan para ahli Taurat dan mengajak umat Allah datang langsung kepada Bapa
mereka, dan dengan demikian membuat posisi para imam "terancam". Dia duduk
dengan anak-anak. Dia bercakap-cakap dalam bahasa Aram (ibaratnya Jowo ngoko)
dan bukan bahasa terpelajar Yunani (ibaratnya bahasa Inggris). Dan…ya ampun…dia
bergaul dengan pelacur, dia makan semeja dengan para koruptor…
Jam menunjukkan lewat tengah malam. Hening dan sepi. Lagu Natal melantun sayup
memecah keheningan. Puluhan Natal berlalu sudah.
Saya berdoa, supaya Natal ini, saya dapat melihat kasih Allah sebagaimana kasih
itu yang sejati. Seperti yang hati Allah pesankan. Bukan seperti apa yang saya
mau. Supaya saya tidak kehilangan pesan Natal itu seperti orang-orang Israel
menantikan Mesias dengan pedang, atau seperti para ahli Taurat yang kecewa
melihat kesederhanaan Kristus.
Saya ingin saya dapat melihat dan merasakan kasih itu, bagaimanapun Allah
menyatakan dan mewujudkannya dalam hidup saya.
Mungkin tak seperti yang saya mau. Mungkin tak seperti yang saya harapkan.
Mungkin tak seperti impian liar masa muda saya. Mungkin tak seperti yang akal
praktis saya paksakan. Mungkin tidak seperti yang saya pernah bahkan dapat
bayangkan.
Saya berdoa, agar saya dapat percaya. Dan melihat. Dan mengecap. Kasih Natal itu
yang sejati.
Saturday, December 19, 2009
The seeds of potato
Friday, December 18, 2009
..so it comes
Sunday, November 29, 2009
Faith Like Potatoes
Tuesday, November 10, 2009
Monday, October 19, 2009
Melukis Kasih Karunia
Saya berhenti melukis waktu kelas 2 SMA kalau tidak salah. Yang saya ingat, guru seni rupa saya mengacung-acungkan lukisan saya di depan kelas dan mengejek-ejeknya serta mempermalukan saya di depan murid-murid.
Sejak itu saya selalu berpikir kalau saya tidak bisa melukis. Saya tidak punya bakat.
Dan waktu pun berlalu.
Sebulan yang lalu saya iseng menemukan kursus melukis di sebuah website. Benar-benar kebetulan, karena saya menemukan link-nya di Google Ads Word di dalam Gmail. Lebih kebetulan lagi, tidak lama setelah itu saya ketemu makan siang dengan kawan saya, seorang Professor di Singapore Management University, setelah lama sekali tak bersua. Ngobrol-ngobrol kanan kiri atas bawah, saya tiba-tiba iseng menyebutkan soal kursus melukis. Singkat cerita dia juga tertarik, dan jadilah kita berdua mendaftar untuk ikut kelas permulaan. It’s acrylic on canvas. Kalau tidak ada temannya, mungkin saya tidak berani mendaftar.
Nah, tulisan ini bukan artikel tentang teknik melukis, ya. Saya cuma tertarik dan terperanjat ketika instruktur kami (seorang seniman impressionist) mengatakan, “Melukis itu tergantung dari bagaimana kamu melihat dan bukan dari keahlian tangan…yang penting itu harus melihat dengan benar, karena kalau kamu melihat dengan benar, niscaya tangan akan mengikuti…”
Saya jadi melihat analoginya dalam hidup. Kalau kita melihat dengan benar, maka tangan kita akan melukis dengan baik pula. Kalau apa yang kita percayai benar, maka hidup kita akan benar pula. If we’re believing right, then we will live right.
Kalau saja kita tahu, melihat dan mengecap betapa dahsyat dan tak berkesudahan dan tanpa pamrih, kasih karunia Tuhan, hidup kita akan diliputi dengan kekuatan ajaib untuk hidup benar. Mana yang akan membuat kita hidup benar? Apakah aturan-aturan agamawi dan hukum-hukum serta ketakutan akan api neraka? Ataukah kelimpahan kasih karunia, pengampunan tak berkesudahan, kebaikan tanpa pamrih yang akan mendorong kita hidup benar?
Penghakiman dan hukum penuh dengan tuduhan dan daftar kesalahan. Seperti guru seni rupa saya di atas, ketika dia mengacung-acungkan “keburukan” lukisan saya. Demikian juga, dalam hidup, selalu ada oknum yang tak hentinya menuduh kita, mendakwa kita, mencap kita “tidak layak” dan mengacung-acungkannya di depan pikiran kita.
Tapi, lihatlah.
Therefore, there is now no condemnation for those who are in Christ Jesus, kata surat Roma 8:1. Ngga ada lagi penghukuman, kita udah bebas. Kita hidup dalam kasih karunia. Kita hidup karena kita melihat dan mengalami dan hidup di dalam Roh dan berbuah. Ngga ada hukum yang bisa menentang itu, kata Galatia 5: 23.
Kalau kamu melihat dengan benar, tanganmu akan mengikuti…..
Kalau kita dapat melihat dan merasakan dan mengalami betapa besar kasih karunia Allah, maka kaki dan tangan kita akan mengikuti….
*****
Singapura, Oktober 2009
Dedicated to my dearest wife, RP.
Thanks too to GT (SMU) & CK (myartspace).
Monday, September 21, 2009
God, Prosperity and Reality
- If you teach that God wants the best property for us, i.e finding house for us. Mind you, the preacher spesifically said, the best in town for us. This lead to a mathematical problem, because the best is only one, and there are more than one Christian in town
- Mathematically, you can't have all members to be rich persons. And economically, some professions can't compete with others. For example, being a teacher or a maid, would make it incomparable to compete with a Wall Street analyst or bankers. So, how would a member who coincidentally is a taxi driver feel about the teaching?
- Case studies in pulpit are always about the 'absolute' rich people. The preacher would proudly announce how he knows this and that rich Indonesian businessmen, of the replica house like White house, etc. I understand marketing and packaging. The moment you share a story about a maid. that she feels so financially blessed, because today she could earn additional $10, would just really piss off most the attendees.
- Biblically, they love to quote all examples of rich people and forgetting the case that Jesus himself, Paul, etc were not typical Warren Buffet of the day.
- Just take a quick surveys..most of the richest in town or country, they are not Christian. Forbes would agree with me.
Sunday, September 13, 2009
always be nice
always be nice to everyone.
you never know, who will stretch their hands to reach you when the titanic starts to sink. one touched my hand and told me 'relax, God is watching us' despite i had numerous fights with the person. the other one said 'don't let them look down on you, you have to know that you are good..' despite i ever had hours on the phone quarelling. one just came into my room said nothing..but 'how are you' with the face expressing deep sympathy. one sent sms-es from outside, despite we were not that close when we were on the same ship, 'things happen for a reason, keep faith in god'. the funny thing, i don't even know what religion those people are who mentioned god, yet it was just so nice.
use brain and be rationale all the time (this one i got it from my seefoo).
the persons that i have tried to be over-nice, were the ones that then put the darts on my back. the fact that i was hurt, because perhaps i was not sincere then, i was nice to them to get their support during my reign time. lesson, don't need to overdo it...
so, in future, just be nice to everyone in sincerity.
Saturday, August 29, 2009
There's a reason
Oh lamb of God I am standing in the light
Pray all the world will see
May all I do glorify your name
That's the reason you made me...
There's a reason for everything
Some we may know, most we don't know
Some we don't need to know, some we really need to know
..to hold and uphold it...
Tuesday, August 25, 2009
...he also needs to....
"...he is only a man, and like you and me...he also needs to shit and goes to the toilet...."
aha...so wise my godfather is :)
Wednesday, July 29, 2009
Thursday, July 23, 2009
Thursday, May 28, 2009
waktu
Monday, May 25, 2009
Everybody is normal
Duka Ketidakpastian
Saya baru saja membaca sebuah artikel yang ditulis Daniel Gilbert, seorang Profesor Psikologi dari Harvard University, judulnya “The unbearable angst of uncertainty”. Di situ dia menulis tentang sebuah eksperimen yang dilakukan peneliti dari Maastricht University di Belanda yang melakukan penelitian pada sekelompok orang dengan memberikan 20 kejutan listrik. Kepada satu kelompok, para peneliti memberitahukan bahwa akan ada 17 kejutan ringan dan 3 kejutan berat, sedangkan kelompok yang lain hanya tahu bahwa mereka akan menerima semua kejutan berat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok yang justru tahu bahwa mereka cuma menerima 3 kejutan berat, ternyata lebih takut dan kuatir. Jantung mereka berdetak cepat dan mereka berkeringat dingin.
Ini karena orang cenderung lebih stress kala mereka mengetahui kalau sesuatu yang buruk mungkin terjadi, daripada mengetahui sesuatu yang buruk akan terjadi. Kebanyakan orang ternyata, kalau mereka tahu sesuatu yang buruk akan terjadi, walau pada awalnya mereka akan terpukul, setelah beberapa saat mereka akan mulai menerima kenyataan dan bersiap untuk memperoleh yang terbaik dari keadaan yang terburuk.
Ketidakpastian itu adalah beban yang menusuk. Saya jadi ingat satu cerita lagi. Tentang seorang kriminal di Amerika yang divonis hukuman mati. Setelah mencoba pelbagai usaha untuk naik banding, vonisnya tidak berubah. Akan tetapi pada hari H-nya, hukumannya ditunda. Penundaan ini bukan hanya sekali, tetapi berkali-kali. Entah mengapa, mungkin karena ada kesalahan administrasi. Akhirnya pada hari yang dinanti-nantikan, setelah dengan pasrah, si pesakitan siap menerima nasib...eh....ternyata dibatalkan lagi! Akhirnya saking kesalnya dia malah balik menuntut pemerintah AS, karena dianggap lalai dan menunda-nunda hukuman matinya.
Salah satu duri ketidakpastian adalah karena kita tidak tahu apa yang mesti kita lakukan. Saya ingat, ketika saya memulai bisnis saya. Ternyata tidak berhasil baik. Saya sempat stress. Bukan semata karena usaha saya yang tidak berhasil, tapi karena saya tergantung dalam dilema, dan terjebak dalam lubang kebingungan. Mestikah saya terus bertahan dan menghabiskan uang tabungan saya? Mestikah saya berhenti saja dan kembali jadi karyawan? Kedua-dua langkah mengandung resiko. Jadi berbulan-bulan saya stress karena ketidakpastian, tidak pasti saya akan ke mana, atau apa yang akan terjadi pada saya.
Ketidakpastian, tentu adalah tema sehar-hari sekarang. Dengan krisis ekonomi global ini, tidak jelas apa yang akan terjadi pada pasar saham besok. Mendengar berita PHK di negara-negara paling makmur sekalipun, tidak pasti berapa lama kita bisa duduk di bangku kantor. Mendengar berita flu ini-flu itu, tidak jelas kapan epideminya akan meledak, atau entah virus baru apa lagi besok datang.
Ketidakpastian sekarang bukan hanya melanda orang miskin, tetapi juga orang kaya. Bukan hanya orang tidak berpendidikan, tetapi juga orang-orang pintar. Orang lemah atau berkuasa.
Yesus mengerti. Dunia tidak dapat menyelesaikan persoalan ketidakpastian ini. Selama kita menaruh harap dan rasa aman kita pada sistem dunia, kita tidak akan pernah merasa damai. Itulah sebabnya Dia bersabda, “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.”
Mungkin tidak ada jawaban instan akan masalah ketidakpastian kita, begitu kita selesai mengucapkan ‘Amin’ dalam doa kita. Namun satu hal pasti, Tuhan bilang, Dia akan berikan kita damai sejahtera yang bukan dari dunia ini. Yang tidak dimengerti dunia ini. Yang ‘kan berikan kekuatan kepada kita untuk terus melangkah.
Kembali pada kisah di atas tentang pengalaman saya. Ya, Tuhan menolong saya. Dan bulan-bulan yang saya habiskan dalam kekuatiran dan stress, sebetulnya sia-sia saja.
Saturday, May 09, 2009
Kampung Kenangan Mei
Sunday, March 08, 2009
Buluh Yang Terkulai
Sudah beberapa minggu ini aku tinggal di komplek asrama sekolah pelayaran ini. Selepas wisuda sebagai lulusan terbaik dari Universitas di kota ini juga, aku tidak menduga, kalau aku harus memperpanjang masa tinggalku di kota ini. Kota yang gersang, panas. Lain dengan kampung halamanku yang dingin dan sejuk. Kota yang sudah kudiami selama empat tahun terakhir sampai lulus kuliah, tapi tetap rasanya tidak dapat membuatku betah. Ah, aku mengeluh. Kalau saja, beasiswa master-ku diterima di Eindhoven, Belanda. Mungkin pagi ini aku terbangun dengan bunga-bunga tulip menyapa di jendelaku. Atau kalau lamaran beasiswa Monbusho-ku diterima pemerintah Jepang, aku sudah berjalan-jalan di tengah-tengah padang bunga sakura.
Tapi, ya sudahlah. Dalam kebingungan dan kekecewaanku, satu-satunya tawaran yang ada adalah untuk membantu mengajar “Rangkaian Listrik” dan “Elektronika” di sekolah pelayaran ini. Dan di sinilah aku sekarang.
Hari-hari pertama agak sulit, aku mesti menyesuaikan diri dengan suasana dan ‘budaya’ sekolah itu yang belum pernah aku alami. Aku menyadari tentu cara dosen-dosenku mengajar dulu, tidak bisa diterapkan di sini. Tapi menarik juga, banyak dari mereka datang dari pelosok-pelosok jauh. Datang dengan cita-cita dan tekad. Banyak dari mereka datang dengan latar belakang kehidupan keras dan tidak mudah. Aku berusaha juga untuk mengenal dan dekat dengan mereka, dalam beberapa minggu ini.
****
Malam itu aku terbangun oleh suara huru-hara. Berisik sekali di komplek asrama ini oleh suara riuh rendah dan teriakan orang-orang. Aku keluar dari kamar pengap-ku, cuma mengenakan sarung dan kaos oblong, mencoba mencari tahu apa yang terjadi.
Kilatan sinar senter berkelebatan di mana-mana.
Aku melihat Jati, salah seorang muridku datang tergopoh-gopoh dengan muka pucat.
“Pak, pak...ada yang mati....”
Sekejap saraf-sarafku terjaga dan aku pulih total dari rasa ngantuk-ku.
“Kenapa? Sopo?”
“Jason...dibunuh, Pak....” Mengucapkan kata itu, suara Jati terdengar gemetar. Dan pemuda yang tinggi kekar hitam itu jadi kelihatan seperti anak kucing ketakutan.
Aku tidak menyahut, tapi buru-buru berlari ke pusat kerumunan.
Tuhan. Aduh! Aduh....!
Aku tidak tahu mesti merasa apa. Di situ aku melihat Jason, salah satu muridku sudah tergeletak, bergelimang dengan darah. Aku belum pernah melihat darah tercecer sebanyak itu.
“Ayo – ayo semua minggir! Ambulan sudah dipanggil, semua minggir!” Aku melihat Pak Lasno, salah satu dosen senior, berteriak-teriak berusaha membubarkan kerumunan.
Aku menepi sesaat. Rasanya tidak percaya, beberap hari pertamaku sudah disambut dengan kejadian seperti ini.
Sekelompok murid-muridku mendekatiku. Tidak jelas lagi siapa mereka, tapi satu-satu berusaha menjelaskan apa yang terjadi.
“Dia dibunuh Lontar, Pak...”
“Awalnya Jason menghina dan mempermainkan dia, Pak....”
Setelah beberapa saat, kurang lebih aku tahu duduk ceritanya. Lontar anak dusun dari kepulauan timur, anak miskin yang sederhana. Tidak jelas bagaimana awal mulanya, yang jelas Jason –anak dari Jakarta dan anak pejabat juga- bertengkar dengan Lontar. Lalu mengancam Lontar dengan pisaunya, mungkin memperolok-oloknya. Dan akhirnya...Jason yang terkapar dengan pisaunya sendiri tertancap di perutnya.
Ya, aku ingat Jason, anak yang suka bicara, dan besar mulut, sementara Lontar aku ingat satu anak pendiam, lusuh dan kelihatan bodoh dan kampungan.
“Mas Henry, ayo mas ikut bantu sini...” Sekonyong-konyong Bu Tuti, salah satu dosen senior memanggilku.
Ternyata Lontar naik ke tingkat atas salah satu bangunan, berdiri di jendela, bersiap-siap hendak meloncat dan mengakhiri hidupnya. Kami bergegas lari, terengah-engah mendaki tangga. Ruangan di mana dia berada terkunci rapat. Ramai kami berusaha menggedor pintunya. Aku melihat wajah-wajah bingung para dosen yang lain. Keriput muka Pak Lasno dan Bu Tuti, seolah mengatakan mereka tidak sanggup mendobrak pintu itu. Mereka menatapku, mungkin karena aku yang paling muda, dan diharapkan untuk melakukannya.
Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Entah mengapa tiba-tiba aku melihat sekelebat bayangan, gambar sebuah laci besar yang kosong. Kosong dan hampa.
“Lontar!” Aku berteriak dan memukul pintu sekuat tenagaku. “Dengarkan..!”
Dan aku pun berkata-kata seperti orang gila....
“Hidupmu seperti kosong dan hampa...tapi belum berakhir....dengarkan baik-baik. Tuhan Yesus sanggup beri kau kekuatan, biarkan Dia masuk di hatimu. Jangan putus asa....Dia kan isi hidupmu lagi...Dia kan penuhi hidupmu......baru lagi....”
Hening.
Aku berusaha tidak memandang wajah para dosen yang lain, yang memandangku dengan kebingungan.
Hening. Menit-menit merangkak seperti berabad-abad.
Tiba-tiba terdengar bunyi gerendel dibuka. Aku melihat wajah Lontar bersimbah air mata. Tubuhnya bersimbah darah. Hanya aku melihat damai di matanya.
Dia berjalan pelan, lalu berlari arahku, berlutut dan memeluk kakiku. Terisak-isak, meleleh air matanya.
******
Jujur saja, malam itu aku sungguh-sungguh berdoa, agar Tuhan memberikan mukjizat untuk membangkitkan Jason. Aku berdoa, berteriak-teriak, sisa malam itu, agar mukjzat itu dikabulkan.
Tapi itu tidak terjadi.
Jason dikebumikan sekitar seminggu setelah itu. Lontar diajukan ke pengadilan. Aku tidak mengikuti lagi, cuma aku mendengar cerita bagaimana dia dipukuli sampai hampir mati oleh oknum-oknum, bagaimana suasana pengadilan cukup mengharukan, bagaimana dia berlutut memohon ampun kepada orang tua Jason.
Hidup membawaku ke belokan lain, ternyata. Aku tiba-tiba mendapat tawaran beasiswa untuk melanjutkan studiku di National University of Singapore. Belasan tahun lewat, dan aku sudah melupakan peristiwa itu. Ketika tiba-tiba aku mendengar kabar, seorang penginjil muda yang perkasa di daerah Soe, di kepulauan timur. Namanya Lontar.
Aku merenung. Secara jasmani, saat dia menerima Tuhan Yesus malam itu, tidak ada mukjizat. Kalau saja Jason tidak jadi mati, tentu hukumannya tidak berat, malah mungkin bisa saja tidak ke pengadilan. Tapi, Jason tetap meninggal, dan Lontar menghabiskan bertahun-tahun di pengadilan dengan segala siksaannya. Tapi saat itu, entah bagaimana Yesus sanggup memberikan dia ‘hidup’, walaupun dari luar kelihatannya seperti tidak ada yang berubah. Dia tetap dihukum. Sama seperti Daud yang merasa lega setelah memohon ampun setelah membunuh Uria, walau toh dia tetap dihukum. Anak pertamanya tetap mati, dan kelak Absalom memberontak.
Aku juga tidak mengerti bagaimana serentetan kalimatku yang kacau balau di depan pintu, malam berdarah itu – bisa dimengerti oleh Lontar.
Yesus, sepertinya penuh misteri. Atau lebih baik aku katakan, aku tidak sanggup menyelami Dia. Buluh yang terkulai tidak Dia patahkan.
*****
Wednesday, January 28, 2009
life to the fullest
I have now looked through the window at the height of corporate ladder.
A seat, I know, I am always ready to lose anytime, within 24 hours.
A place, I know, will never make me secure.
Somehow, I remember people I have met in the past.
I still sense their passion over what they are doing
It seems they live a hakunamatata kinda life
They live their dream
They did not go into main stream like the crowd. Taking 'profitable' degree, such as business, engineering, and making career and money, as the focus of their energy. No.
Some devote their life for social and political studies. Some become professor. Some devote their life for humanity and human rights cause. Some become (probably) the next ruler's advisor.
I feel they all live a meaningful life. Life to the fullest. They are doing what they love, free from what the crowds chase. They choose life over money and social status.
Monday, August 11, 2008
It must be a dream
This may be a long shot of 17 years struggle
Still no place for me to sit in for the exam
The toil given to men
To find out what they need to do significantly
Is just too much
It must be a dream and I have to let it go
Wednesday, July 23, 2008
It must be a dream...(17 years passed..)
We're so glad that you were earlier able to attend a XXX admissions seminar. We hope what was shared with you at the seminar has been helpful to you, and that you have had a chance to explore our website for more information.
If you have decided to apply or are keen on applying in the near future, please do email us and let us know. We would be pleased to provide assistance with your questions about applications and admissions.
If, on the other hand, you are hesitant to apply or have decided that the XXX MD program is not for you, would you perhaps let us know why as well? We would very much like to understand the concerns of prospective students like yourself, so we would really like your feedback and comments.We look forward to hearing from you soon.
Best wishes,
Admissions Department
Sunday, September 02, 2007
Kidung Cinta Sulaiman
dalam peluk kukuh lenganmu
karena cinta kuat seperti maut
hasratnya tak teredam alam kubur
Cinta membakar bagai hangus api
laksana nyala yang membara
Tiada air dapat memadamkan
tiada sungai dapat menyapunya
Tak dapat dia dibeli, tak dapat dia dijual
namun karena cinta kita rela menyerahkan
...
...
...
segalanya
(Kidung Agung Sulaiman 8: 6-7; HSL 'tuk RP)
Friday, February 16, 2007
Anywhere is - Enya
But everywhere I turn to
Begins a new beginning
But never finds a finish
I walk to the horizon
And there I find another
It all seems so surprising
And then I find that I know
Chorus:
You go there youre gone forever
I go there Ill lose my way
If we stay here were not together
Anywhere is
The moon upon the ocean
Is swept around in motion
But without ever knowing
The reason for its flowing
In motion on the ocean
The moon still keeps on moving
The waves still keep on waving
And I still keep on going
Chorus
I wonder if the stars sign
The life that is to be mine
And would they let their light shine
Enough for me to follow
I look up to the heavens
But night has clouded over
No spark of constellation
No vela no orion
The shells upon the warm sands
Have taken from their own lands
The echo of their story
But all I hear are low sounds
As pillow words are weaving
And willow waves are leaving
But should I be believing
That I am only dreaming
Chorus
To leave the thread of all time
And let it make a dark line
In hopes that I can still find
The way back to the moment
I took the turn and turned to
Begin a new beginning
Still looking for the answer
I cannot find the finish
Its either this or that way
Its one way or the other
It should be one direction
It could be on reflection
The turn I have just taken
The turn that I was making
I might be just beginning
I might be near the end.
Thursday, December 21, 2006
3 mimpi aneh di hainan
yang pertama aku melihat seorang tentara yang sangat kelelahan dan keadaannya mengenaskan. dia dipapah untuk masuk tenda atau sebuah barak. baru masuk sebentar, tiba2 ia ditarik lagi keluar/diseret oleh tentara yang lain dan disuruh untuk pergi lagi ke medan perang. sungguh kasihan!
yang kedua, aku melihat seseorang dengan tenang sedang mengatur parade pertunjukan, dan yang berbaris adalah kupu2. Ya, kupu2. Berbaris dengan teratur dan melakukan manuver2 seperti yang diatur oleh orang itu. sungguh ajaib!
yang ketiga, aku melihat seorang malaikat, angel. A celestial being. Dalam wujud yang eksotik dan indah. Dia turun dari sorga dan meletakkan tangannya di dada/hatiku. Lalu aku merasakan suatu perasaan kasih sayang dan damai yang sangat dalam. sungguh sangat indah!
aku terbangun dan merenung, apa arti ketiga mimpi itu. mungkinkah: rest, patience and love?
Tuesday, December 19, 2006
satu hidup satu hari
subuh saat fajar merekah, seperti seorang bayi merekah dalam kehidupan baru
di tangannya lembar putih masih kosong
di tangannya satu hari masih tersedia
pagi-pagi, kita bersiap2, mandi, makan pagi...
umur muda, kita bermain, bersekolah, ah..senangnya
pukul 10 atau 11, mentari bersinar riang, langit biru
harapan masih panjang
boleh bersuka dalam keceriaan masa muda
mencoba ini itu
naik gunung, naik sepeda, berkelana di bawah laut
jatuh pun tak apa
hari masih panjang utk menyembuhkan lukamu
Jam 12, jam makan siang.
Orang mulai bergegas makan siang
bersiap untuk menghabiskan paruh kehidupan berikutnya
--ah sudahlah---
Dan aku membuka seluruh dompetku dan simpananku
untuk membeli bakpao basah itu
Aku menyelamatkan si gadis kecil
dan aku akan jaga dia sampai hari senja
Aku tidak lagi berpikir untuk mencari uang
supaya bisa minum kopi $6 di starbuck jam 3-4 sore nanti
Aku cuma ingin hidup tenang sampai mentari senja menjemputku
Tuanku membeli hidupku sebelum aku lahir
Dan asalkan aku tahu, sampai malam nanti, aku berjalan bersama Tuanku
Karena setelah malam lewat, aku akan berjumpa Tuanku
Tuesday, October 24, 2006
sometimes, somewhere
aku cerita ttg seorang senior di gerejaku yg hidupnya SEMPURNA. dia lahir dari ayah dan ibu pendeta. ayahnya adalah seorang dokter juga. hidupnya berkecukupan secara materi. dia sekolah di australi dan lulus dengan baik. di sana dia menemukan seorang gadis manis lembut baik, dan mereka menikah dan pindah ke singapur. dia tidak pernah bergumul cari kerja, dipecat dlsbnya. karirnya mulus di sana dan dia begitu menikmati pekerjaannya. dia punya tiga anak yang lucu2 dan sempurna. satu kakaknya di melbourne menjadi pendeta dan dosen. satu lagi menjadi dosen di semarang. dia sendiri menjadi pendeta english service. dia begitu sempurna dan terhormat.
kalau saja tuhan kasih hidupku sepuluh persen dari dia. aku sudah puas. sungguh.
aku tahu bahwa tulisan2ku ttg pergumulan dan kepedihan tidak akan pernah dimaksudkan utk golongan org2 seperti itu. memang ada orang2 yg tuhan pilih masuk golongan itu.
sorenya kami ke panen kota. ketemu yoseph yg jadi editor newsletter. ngomong sana sini aku cerita aku bikin beberapa tulisan dari khotbahnya ps kong. eh setelah dia lihat tulisan2ku yg lain dia menghargai. aku kaget juga. tak disangka tulisanku diterima di kalangan panen kota...
Sunday, September 24, 2006
.....how stupid can you be?
Can't you tell if someone's really in love with you,
or just playing around?"
Friday, September 15, 2006
kisah 2 martyr
simple story...here it goes...
What's next? says:
suatu malem ada 2 orang martyr satu masih muda, satu udah tua. Si martyr muda mencoba membakar jarinya sendiri dengan obor di penjara , karena dia ingin tau gimana sakitnya hari esok. Namun ternyata dia tidak tahan. dia mengeluh: bagaimana mungkin aku bisa tahan dibakar besok? apakah aku akan menyangkal Tuhanku?
What's next? says:
martyr tua yng bijaksana berkata: kau tak usah khawatir tentang esok. esok Tuhan akan memberikan kita kemampuan untuk setia sehingga kita tidak perlu memakai kekuatan sendiri...
Monday, August 21, 2006
loneliness
haeh...emang susah jadi orang melan. kadang gua merasa jadi orang melan itu seperti kutukan, which is seperti yang gibran bilang. yah, niwae gua bersukur deh kayanya masih ada orang2 melan yg jadi temen gua...dan tentu ada satu temen yg selalu gua cuekin tapi selalu setia
*********
g hari ini ngobrol sama orang2 yang ngerasa hidupnya lonely, dari yang udah married ampe single yang nggak laku2. dari yang sakit gak sembuh2 sampe denger my customer yang tajir abizzz yg ngerasa idupnya empty banget.
Just learning that people from all walks of life, experience this terrible feeling trus parahnya kalo lo yang melankolik, wah cepet banget ngerasa sendirian. Setelah ngobrol2 ama beberapa orang di telepon dan ketemu face to face..koq g jadi ikutan ngerasa lonely :( ditambah settingnya mendukung: matahari yang mulai tenggelam dan pohon2 di jalan pasirkaliki yang kayanya udah mati dan nggak dirawat.
Pikir2 aneh juga populasi penduduk dunia kan makin banyak ...koq loneliness makin meningkat , theorinya sih makin banyak orang, dunia ini jadi tambah hangat. Tapi nyatanya kan gak begitu
Setelah dipikir2 lagi kita nggak boleh terlalu fokus ama diri sendiri kali yah, terus g inget ada seseorang yang dipojok nungguin g....(ini bahasa puitisnya) ..orang itu Tuhan Yesus yang sering g cuekin dan sering g anggep nomor 2 walaupun g sering nyanyi Jesus is the sweetest among all and I talk abt Him much dari omongan dan tulisan g....tapi g nyadar g jarang communicate ama Dia dan gilanya g sering ngerasa I know much about Him, my knowledge cukup banyak tentang Dia and I thought I was Ok.
So jadi g say sorry ama my Jesus....kebayang khan Dia tuh somebody yang very important n great n powerfu tool tapi g suka ngelakuin Dia kaya Dia itu nobody yang gak pernah diajak ngomong n kalo diajak communicate itu pun kalo g kepepet atau pas g kena sial. So it is good to have a lonely feeling today....g bisa ngerti there's no reason to be lonely karena Jesus ada next to me and He cares abt me.
oleh: temen gua
Sunday, August 20, 2006
Gibran on tomorrow....
And tomorrow, what shall tomorrow bring to the overprudent dog burying bones in the trackless sand as he follows the pilgrims to the holy city?
(Gibran)
Gosh....seems Gibran understood Jesus much more than the "saints" I know....
Thursday, July 27, 2006
it must be a dream...
still don't know what to do. this has been an insistent struggle for the past 15 years or so. to pursue or to let go.
I even poured on a chapter in my book about this shattered dream. 'it must be a dream' - also based on one my most favourite J-movie, Summer Snow. A story about Ryoko Hirosue who wanted to be able to live healthily and go for diving.
I don't know. I wish there's such thing called reincarnation of which we could take a second chance. Or perhaps we just have to realize this place on earth ain't too comfortable to live in.
I don't know. Should I let go the moon, knowing that I could not fly and then continue enjoying the sand, the tree and the water. Should I find all ways to reach the moon, climbing the mountain, jumping every day? How do I know that that dream is a moon or just an oak tree?
I don't know. Still. 15 years have passed. Wish I were born in a rich family. Sigh.
....
...
...
..
.
it's 2304 hrs now.
i go thru some MCAT simulation online. Going thru a few Biological Sciences questions. Damn it! I can't even understand what it's all about. How could I expect a school in kampong by the river can equip its student to answer international english test, of which the student has not touched the text book for 15 years. :(
I remembered my Biology teacher in high school. almost taught nothing. he came to class and talked nonsense and then asked students to do volunteer work to do cleaning service or planting in the garden, on which we would get our marks. Oh, may God forgive him....:(
i then looked at some pictures of a mom and her son in London. what a happy mom. it must be God loves her so much that God gives all her dreams to come true. me so happy for her.
i feel like a damn looser.
i will let go. but i will continue to live.
i am i and i am on my own.
my flesh will be blasted. my heart will be crushed.
as for me..
as for me..
as for me..
yes as for me and me alone
my Rock...
and my eternal inheritance...
is God alone and alone
I will live.
for God.
MCAT
212. Nucleosomes typically consist of which of the following? I. DNA II. Histones III. Microtubules A ) I only B ) I and II only C ) II and III only D ) I, II, and II
I looked at those questions with broken heart. Shattered dreams. Tuhan, aku ga tau apa yang harus aku lakukan. It must be a dream....
Tell me what to do....
Saturday, July 15, 2006
Love by Kahlil Gibran
Though his ways are hard and steep.
And when his wings enfold you yield to him,
Though the sword hidden among his pinions may wound you.
And when he speaks to you believe in him,
Though his voice may shatter your dreams as the north wind lays waste the garden.
For even as love crowns you so shall he crucify you. Even as he is for your growth so is he for your pruning.
Even as he ascends to your height and caresses your tenderest branches that quiver in the sun,
So shall he descend to your roots and shake them in their clinging to the earth.
Like sheaves of corn he gathers you unto himself.
He threshes you to make you naked.
He sifts you to free you from your husks.
He grinds you to whiteness.
He kneads you until you are pliant;
And then he assigns you to his sacred fire, that you may become sacred bread for God's sacred feast.
All these things shall love do unto you that you may know the secrets of your heart, and in that knowledge become a fragment of Life's heart.
But if in your fear you would seek only love's peace and love's pleasure,
Then it is better for you that you cover your nakedness and pass out of love's threshing-floor,
Into the seasonless world where you shall laugh, but not all of your laughter, and weep, but not all of your tears.
Love gives naught but itself and takes naught but from itself.
Love possesses not nor would it be possessed;
For love is sufficient unto love.
When you love you should not say, "God is in my heart," but rather, "I am in the heart of God."
And think not you can direct the course of love, for love, if it finds you worthy, directs your course.
Love has no other desire but to fulfill itself.
But if you love and must needs have desires, let these be your desires:
To melt and be like a running brook that sings its melody to the night.
To know the pain of too much tenderness.
To be wounded by your own understanding of love;
And to bleed willingly and joyfully.
To wake at dawn with a winged heart and give thanks for another day of loving;
To rest at the noon hour and meditate love's ecstasy;
To return home at eventide with gratitude;
And then to sleep with a prayer for the beloved in your heart and a song of praise upon your lips.
****
so many people like this romantic poem and feel the ecstacy of the myth of romantic love. Not everyone is matured enough (gifted to know) what exactly he was trying to say. Via Dolorosa.
Friday, July 14, 2006
Marriage isn't for everyone
Mat 19:11 But Jesus said, "Not everyone is mature enough to live a married life. It requires a certain aptitude and grace. Marriage isn't for everyone.
Mat 19:12 Some, from birth seemingly, never give marriage a thought. Others never get asked--or accepted. And some decide not to get married for kingdom reasons. But if you're capable of growing into the largeness of marriage, do it."
***
yahoo...i am glad to read it...
Wednesday, July 12, 2006
nubuat
Ucap sang pendeta tenang menghunjam padaku...
Aku tergetar sesaat. Memandang sang pendeta.
Dan tersungkur..kowtow..
"Mulai hari ini aku akan mengikut engkau dan menjadi adik angkatmu..."
***
Bertahun-tahun-tahun yang lampau seorang pendoa syafaat juga menubuatkan,
"Tuhan akan memakaimu luarbiasa dan kamu akan menjadi profound, Tuhan akan memakai tanganmu utk membuat mukjizat dan kamu akan melayani orang2 yang kekurangan dan patah hati dan pergi ke pulau2. Hidupmu akan disertai bahaya tapi Tuhan akan mengirimkan malaikatnya untuk menyelamatkanmu."
***
Kalau kedua nubuatan itu digabung, maka nasibku kurang lebih akan mirip seperti AA Allen, Charles Branham, Paul Cain, John Dowie..:)
***
Kalau aku bernubuat untuk diriku sendiri, kelihatannya aku akan pulang ke rumah Bapa lima tahun lagi...so apa yang akan aku perbuat dalam 5 tahun ini?
Wednesday, July 05, 2006
hidup buat apa
kalo ngga ada tuhan, kayanya hidup itu utk bisa sesenang mungkin di dunia ini. krn besok kan mau mati. atau mungkin jg krn ga ada tuhan, hidup mati bunuh diri jg sama saja, kita cuma sebuah sistem sel yang kebetulan ada di alam semesta.
kalo tuhan ada?
ada yg bilang tuhan ingin hidup kita senang, jadi kejar prestasi dan kesenangan (baca: berkat) sekeras2nya. tapi ya, kok kayanya ngga begitu yg tuhan inginkan.
ada yg bilang lakukan pekerjaan2 besar buat tuhan. tapi ya, kok rasanya hampa kalo hidup cuma begitu.
keliatannya hidup di muka bumi ini cuma bergaul dg tuhan, baik kita jadi orang kaya atau tidak, berhasil atau tidak, terkenal atau tidak, terhormat atau tidak.
kayanya begitu saja, sambil menunggu keabadian menjemput.
Sunday, July 02, 2006
tidak berarti
lalu aku berkisah tentang iman dan mukjizat yang pernah Allah lakukan dalam hidupku.
yaitu waktu dulu habis bisnis bangkrut, datang ke singapur, cari kerja, minta kerjaan pada tanggal 12 juli, dan dikasih beneran pas tanggal itu persis.
spontan aku tiba-tiba berucap. aku sama sekali tidak bermaksud berbohong.
"pengalaman mengalami Allah itu jauh lebih berharga dari sekedar pekerjaan yang saya dapat. soal dapat kerjaannya mah tidak berarti, tapi pengalaman bersama Allah itu begitu indah..."
aku kaget mendengar kata2 itu keluar dari mulutku. mengingat kesusahan waktu itu, saat itu yang aku pedulikan adalah solusi dari masalah, dan mana gua peduli soal mengalami Tuhan...
..dan kalau aku dikasih kesusahan lagi sekarang, hanya satu yang kuingini, 'lepas dari kesusahan dalam tempo yg sesingkat2nya!!!!!!'
tapi aku tidak berbohong barusan. sungguh, melihat ke belakang, segala kesusahanku tidak berarti. yang terasa indah dan luar biasa adalah pengalaman bersama Allah. aku bayangkan kalau aku mati, segala kesusahan, shattered dreams, kepedihan tidak ada artinya. sebelum aku mati, aku cuma bisa tersenyum mengingat jalan-jalanku sama Tuhan...
Tuhan, sungguh aku ga bisa mengerti Kamu. Aku tuh mesti gimana???????
Sunday, June 18, 2006
Shattered Dreams
Akhirnya aku bisa berbisik pelan - di padang gurun -: "Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya."
Bagi Dialah tersimpan segala misteri "mengapa". Dialah yang empunya segala jawaban dan berhak untuk diam.
Allah, gunung batuku, terpujilah Dia selama-lamaNya.
Monday, June 12, 2006
Di Pintu Gerbang Timur Eden
"Biarkan aku masuk..." Letih terdengar suaraku. Memohon. Walau tahu di lubuk hati, permohonanku tak akan dikabulkan.
Kerub-kerub di depanku menatap membelalak. Percikan pijar api menyala-nyala di mata mereka. Di sana, aku melihat tatapan marah bercampur kasihan.
"Jangan coba...." Beberapa kerub langsung menghunus pedang api mereka. Menyala-nyala, menyambar berputar-putar di depan pintu gerbang. Suara mereka memekakkan telinga, membuat aku merasa seperti mau mati.
Aku tahu, aku tidak akan punya kesempatan.
[Edited....-cencored-]
Satu dari kerub itu berjalan mendekatiku. Tanpa melihat wajahnya pun aku bisa merasakan aura belas kasihan bergumpal-gumpal.
"Tinggalkan golokmu di sini...gantinya aku akan memberikan sehelai kain putih untuk engkau.."
Dia mengulurkan tangannya menembus ragaku. Menyeka air mata yang meleleh di hatiku dengan sehelai kain putih.
Aku tidak tahu, entahkah aku harus menangis lebih lagi atau berdiam dalam kelu. Ia mengulurkan sehelai kain putih itu.
"Simpanlah, kain ini baik-baik. Kain putih ini bernama 'harapan'."
Aku menjengak.
"Apakah Tuanmu juga punya kain putih untuk aku?"
Raut mukanya berubah sedih dengan hebat. Dia tidak berkata apa-apa. Menumpangkan tangannya di kepalaku dan berbisik, "Pergilah dalam damai.."
Aku menyeret langkahku menjauhi Pintu Gerbang Timur Eden. Beberapa langkah darinya, segera aku merasakan tiupan angin gurun menghembusku keras. Tanpa menoleh ke belakang, aku tahu bahwa semua yang kulihat barusan sudah kasat dari mata. Hanya hamparan pasir yang kini berada dalam pandangan manusia.
Aku melangkah.
Dan melangkah. Dalam gelisah, hati luruh menjadi butir-butir pasir, lenyap ditelan angin gurun.
Aku melangkah. Letih raga, letih jiwa. Jejak-jejak terseret mengurai pasir.
Sampai tiba2, sekonyong-konyong....
Aku mendongak ke langit. Dari sana turun sesuatu. Sehelai kain putih, dua helai, sepuluh helai, seratus helai, seribu helai, sejuta helai....seluruh langit dipenuhi helaian kain putih!
Berkibar dengan anggun, turun dari sorga. Turun dari yang Empunya Taman Eden.
Sunday, June 11, 2006
world cup
I may be abnormal. even girls like soccers. even most people place bet.
even ps kong said that life is not complete without world cup - (in its context, of course ^_^).
i am just abnormal.
i used to watch WC when i was young. and enjoyed the sleepness night and dawn. its just that now the burden i carry is too heavy that i dont even have energy left to enjoy anything.
but, even jogja's refugees are enjoying soccer game from their refuge tents!
one day...when everything is settled...ok..i'll watch the world cup again!
Sunday, June 04, 2006
The Last Stand
Filosofi X-Men, menurutku, adalah filsafat eksistensialisme. Komik Marvel ini berbeda dengan karakterisasi komik2 lainnya di tahun 80-90an. Di mana plotnya begitu sederhana, jagoan baik ketemu penjahat. Bertempur. Baik menang melawan jahat. That's all. X-Men bukan plot yang datar, tapi merupakan dialektika dari pergumulan identitas, atau lebih tepat eksistensi.
X-Men bagiku adalah refleksi pergumulan social engineering. Mutan adalah simbol dari pergumulan eksistensi manusia. Dalam konteks etnisitas, mutan mungkin merupakan suara kaum minoritas. Misalnya dalam konteks Indonesia, para minoritas Tionghoa adalah para mutan, yang dipinggirkan oleh "manusia" kebanyakan. Mereka ditakdirkan untuk menjadi lain dan dibenci tanpa alasan. Perjuangan SNB (misalnya) untuk menuntut kesamaan hak etnis Tionghoa adalah perjuangan untuk mereka bisa diterima sebagai mutan apa adanya, tanpa harus dipaksa berasimilasi, alias memakan "cure anti-mutant" dari pemerintah. Bukan kebetulan mungkin, dalam salah satu screen shot X-Men, di ruang Presiden Amerika Serikat, sekilas memuat background lukisan "Abraham Lincoln". Kelihatannya sutradara X-Men memang memaksudkan agar X-Men sarat akan simbol-simbol.
Namun sesuai filsafat eksistensialisme, bagi para kaum miskin urban di Jakarta, mereka sendiri adalah mutan. Mereka merasa terpinggirkan dan menyaksikan para kebanyakan etnis Tionghoa yang makmur dan berdagang di bilangan Glodok adalah "manusia" kebanyakan yang menindas mereka. Dan hari di mana mereka boleh menjarah seolah adalah hari di mana para mutan berusaha merebut kebebasannya dan menyatakan eksistensinya.
Ya, segalanya bisa menjadi subyektif dan relatif. Karena filsafat X-Men adalah filsafat PostMo yang berakar dari eksistensialisme. Tidak datar seperti komik2 Superman, Batman dan Spiderman.
Dalam konteks komunitas, para mutan boleh jadi adalah orang2 outcast yang punya pandangan lain dari orang kebanyakan, dan akhirnya dianggap aneh atau mungkin "kualat". Contohnya, saudara angkat saya, "Pendekar Tertawa", yang menulis di blog-nya. Apakah dia adalah seorang Outcast atau Hero? Everyone can choose their stand.
Pada umur 21 tahun seorang pemuda dalam keadaan depresi berat, berseru "I need to know the truth. The truth for me to live for and to die for!". Pemuda ini adalah Soren Kierkegaard, Bapak dari filsafat Eksistensialisme. Dia berpendapat kalau tiap2 manusia itu punya eksistensinya sendiri secara ajaib dan bukan mass product. Bukan produk determinisme naturalisme. Bukan kerumunan yang hanyut dalam anomie (meminjam istilah Emilio Durkheim).
Namun kalau menurut aku, memang manusia adalah mahluk yang dapat memilih untuk menjadi eksistensial, menjadi seseorang yang mengubah dan berpengaruh bagi dunia. Namun juga bisa memilih untuk menjadi manusia kebanyakan yang hidup menurut arus apa adanya. Contoh orang-orang yang berjuang untuk mengubah keadaan dan menentang determinisme, misalnya Martin Luther, yang tidak rela melihat kebanyakan orang dibodohi oleh kekuasaan papacy. Kierkegaard yang tidak rela melihat jemaat dibekukan oleh gereja Lutheran yang dingin. Nietsche yang berpendapat agama itu memperbudak manusia, dan manusia bisa berevolusi menjadi superman. Hitler, yang berpendapat bahwa rasnya (aka para mutan) yang lebih superior dari manusia kebanyakan. Bisa jahat, bisa baik.
Menarik juga adalah pergumulan Jean Grey vs Phoenix. Phoenix adalah kerinduan akan kebebasan yang tertekan. Namun hasrat kebebasan itu menjadikannya jahat. Apakah kebenaran itu mengekang, atau kebenaran itu memerdekakan? X-Men adalah cerita yang realistis, senyum terakhir Prof X, sebelum mati di tangan Phoenix, seperti senyum pasrah ketika menerima kenyataan bahwa "seolah2" kejahatan menang atas kebaikan. Mengapa Jean Grey tidak mampu menaklukkan naluri jahat Phoenix? Misteri ini seperti yang terekam dalam buku Philip Yancey (Amazing Grace), tentang seorang temannya yang tidak mampu mengekang nafsu homoseksualnya walaupun sudah didoakan, ikut KKR, bahkan pake kursi listrik segala. Dan dia hidup menerima aib, cerca dan tekanan dari gereja yang "suci".
Akhirnya tokoh yang paling menderita adalah Wolverine. Dia sebetulnya adalah tokoh netral yang tidak peduli pada dialektika identitas para mutan. Dia hidup apa adanya menurut prinsipnya. Dia yang menasehati Rogue ketika dia hendak meninggalkan sekolah dan bermaksud meninggalkan kemutanannya. "I hope you are not doing it for some boys.." ujarnya.
Wolverine berusaha mengingatkan Rogue bahwa perasaan jatuh cinta itu cuma tipuan. Itu adalah manipulasi dan tipuan hukum alam, agar manusia bisa berkembang biak dan mempertahankan speciesnya. Sayangnya, Wolverine sendiri hanyut dalam cinta terlarangnya terhadap Jean Grey. Terlarang, karena Jean Grey adalah milik Cyclops. Lebih terlarang lagi karena Jean Grey adalah Phoenix dan Phoenix adalah Jean Grey. Tidak ada yang lebih perih dan menderita di dunia ini, ketika kamu harus mendekati orang yang kamu cintai. Dan menyadari bahwa orang yang kamu cintai, di satu sisi adalah Jean Grey tapi di sisi lain juga adalah Phoenix. Dan berkata:
" I don't die for them, I die for you........ I love you.."
..dan kemudian engkau menusukkan tanganmu dengan cakar Adamantium pada orang yang kau cintai. Karena dia adalah Phoenix. Walau dia adalah Jean Grey. Jika engkau mencintai Jean Grey maka engkau juga harus menerima kenyataan seumur hidupmu bahwa dia adalah juga Phoenix. Phoenix yang telah membunuh Cyclops dan Prof X. Dapatkah engkau menerima bahwa Jean Grey yang engkau cintai adalah Phoenix???? Dan engkau harus membuat pilihan...The Last Stand...Dan pilihan yang engkau buat adalah bahwa engkau tidak akan pernah bisa bersama orang yang engkau cintai....
Walau yang mati adalah Jean Grey di pelukan Wolverine, semua penonton tentu tahu bahwa bagi Wolverine, kenyataan itu lebih buruk daripada dia sendiri yang mati. Perasaan saat memeluk Jean Grey yang mati di tanganmu sendiri lebih buruk daripada perasaan mati itu sendiri...
Perasaan itu lebih menderita daripada saat Magneto menyadari bahwa dia kemudian menjadi "one of them"...menjadi manusia, dan segala mimpinya hancur.
Sepanjang hidupnya, Wolverine hidup dalam penderitaan...Hidup seolah mempermainkan dan mengejeknya dengan keji dan sadis, dan bahkan mempertontonkan di hadapannya bahwa cinta itu bukan tipuan bagi orang lain, tapi kenyataan seperti dalam kasus Rogue.
Film ini menyisakan sedikit happy ending ketika Iceman dalam cinta masa mudanya bisa bersama2 dengan Rogue yang memilih menjadi manusia.
Namun bagi Wolverine, cinta adalah tipuan dan ilusi. Dia dikaruniai self-healing untuk tubuhnya, tapi tidak bagi hatinya. Sepanjang hidupnya dia adalah mutan yang paling menderita.
Jika dahulu aku seorang mutan, maka mungkin aku akan berbaris di Alcatraz Lab, agar dapat menjadi manusia biasa, menjadi kerumunan manusia kebanyakan mengikuti arus. Passing my days of life quietly, quickly, painlessly...I think...that's all..
Monday, May 29, 2006
jogja berduka
sedih sekali indonesia terus menerus kena bencana....
jadi ingat..dulu menunggu masa dan saat untuk pulang kampung...
entah kapan...
Thursday, May 18, 2006
He will remember
"Betapa beratnya hidup tanpa pengharapan", ujarnya.
"Ya", aku menganggguk setuju. "Aku pernah mengalami hidup tanpa pengharapan, dan akhirnya aku memutuskan to continue living for God's sake. Soalnya kalau aku berhenti hidup -maksudnya hidup tanpa semangat- , aku ga enak aja ama Dia."
Dia berhenti sesaat. Dan menoleh.
"He remembers. He remembers that in eternity. And He will mention this when He meets you later."
Sesaat waktu terasa berhenti dan keabadian menyelinap masuk.
14 Mei
Aku berdiri dengan sedikit gelisah, memegang selembar kertas A4 bertuliskan nama seseorang. Menunggu dua orang yang akan kujemput. Baru kuterima permintaan untuk menjemput dari seorang sahabat di masa lalu, beberapa hari yang lalu. Seorang sahabat yang dulu telah bersama-sama melewati ancaman maut, tentu permintaannya sukar ditolak.
Akhirnya yang ditunggu tiba juga. Lalu mereka menyampaikan titipan. Sebuah buku. Ditulis oleh sahabatku. Reka Ulang Kerusuhan Mei 98, judulnya.
Dan ingatanku melayang. Terbang ke masa lalu. Masa lalu, apakah dia mengikat masa kini? Adakah dia berarti bagi masa kini? Atau masa depan? Mungkin iya, mungkin tidak. Aku tidak tahu jawabannya. Kalau aku salah menjawab, mungkin masa depanku bisa hancur. Oh, aku sungguh tak tahu.
Bertahun-tahun yang lalu aku juga berdiri menunggu seseorang di Changi Airport. Dia sebagai salah satu korban – atau tepatnya keluarga korban Kasus Mei 98 (atau pasca Mei) – baru saja pulang memberikan kesaksian di depan Kongres Amerika Serikat. Mengantarnya adalah Romo X, pada saat itu penasehat LSM yang kami dirikan. Mengantar mereka juga seorang agen FBI yang menyamar menjadi penumpang sipil. Sampai saat ini aku tidak tahu berapa efektif lobi ke Kongres untuk mencegah militerisasi di Indonesia pada masa pancaroba masa itu. (Ya, Amerika membekukan kerjasama militer untuk sesaat setelah itu). Amerika, entah siapa di dalamnya, toh terlibat juga dalam pembantaian jutaan anggota PKI (dan yang dituduh PKI) pada tahun 1965.
Semua aman ternyata. Tidak ada intelijen Indonesia yang mempersulit. Singapura tidak punya perjanjian ekstradisi, lagipula, dengan Indonesia.
Tepat 8 tahun yang lalu adalah hari bersejarah, pemicu – atau mungkin pelampiasan – masalah kemanusiaan karena perbedaan etnis. Tentu saja etnis tidak ada artinya untuk aku. Selembar kulit fana, apa artinya buat aku. Tidak ada sama sekali. Hanya sedikit kesedihan menusuk karena perilaku tidak manusiawi terhadap manusia.
Aku membolak balik sekilas buku reka ulang tersebut. Enggan untuk membaca dengan detil. Untuk apa? Kemarin aku sms sahabatku, untuk menanyakan rancangan UU anti diskriminasi. Tidak gol juga setelah delapan tahun. Warna kulit masih laku dijual sebagai senjata politik.
Dan aku teringat ketika nongkrong-nongkrong di LBH. Berkenalan dengan dunia intel dan politik. Ingat temanku mengajari, “Yang itu tuh intel..menyamar jadi bapak-bapak. Yang itu juga menyamar jadi wartawan tabloid X”. Ingat teman-teman mentertawakan waktu aku polos sekali terpesona mendengar “khotbah” mantan preman yang menyuarakan keadilan, tak lama kemudian fotonya muncul pada saat ikut-ikutan memprovokasi kerusuhan. Ingat teman-teman mentertawakan waktu aku cerita karena mendapat teror lewat telepon. Lalu satu-satu cerita, waktu ditembak peluru karet (cewek lho, padahal), digebukin ABRI dan dicabut kukunya. Yah...dunia yang lain.
Para intel yang menyewa rumah di depan kantor Romo X dan pura-pura buka teater latihan sandiwara. Para intel yang pura-pura main gaplek tiap hari, di depan kantor. Kami cuma bersiap-siap menyediakan pentungan dan gas air mata, tidak lupa siap-siap pintu belakang. Yah, aku tak punya “hard feeling” untuk para intel, seorang sahabatku adalah putri seorang Jenderal (Purn) BAKIN, so what?
Masa yang menarik. Menerobos kantor Pangab dengan mengundang dahulu para wartawan dan SCTV. Walhasil petugas rumah tangga bukain juga pintu, karena takut bermasalah. Menyelinap di antara kerumunan orang demo di Gedung MPR, waktu hendak bertemu anggota FPDI bersama dengan mantan ketua GERWANI.
LSM, dunia yang unik. Juga penuh keserakahan dan ambisi dan “hidden interest”. Alm sahabatku, sesama pendiri LSM kami, yang mengajari pepatah Marx – tidak ada yang abadi di dunia politik kecuali kepentingan pribadi.
Yah, semua masa lalu lah. Pada akhirnya, tidak ada hasil apa-apa di Indonesia. Walau LSM kami masih berjuang. Entah bagaiman sejarah akan mencatat kami. Yang pasti, akan tertulis, salah seorang pendirinya, patah arang akan tanah airnya, memutuskan menetap sebagai orang asing di tanah rantau.
Saturday, May 06, 2006
cruel life
sure and then life teases u by displaying it right in front of ur nose happening 2 everyone BUT u.life cruelly forces u 2 be spectator but never gives it 2 u.
to that I reply:
...to live is Christ...
Yes I swear to live is Christ. But why do my eyes become wet?