Friday, February 26, 2010
Benny Hinn and the Divine Marriage
I am in no way judging Hinn at all. I don't have the right neither intention to do so. The story of Hinn, is like, he is 'the chosen one' in Harry Potter, or 'the prophecised ones' like the 4 kids in Narnia, he is like Frodo of Lord of the Rings, he is like the King Arthur with the Excalibur.
I am sure, just like many of us, you were shocked of the news. I remember when I was a very young youth, filled with zeal and fire, his book was my favorite, 'Good Morning Holy Spirit'. And one of my most favorite section is the story about how he got married with Suzanne. It was a divine appointment. And still very fresh in my memory, that story to me was an amazing true story-fairy tale. It was more beautiful than any romance fairy tale story I ever know. Hinn met with a senior pastor, and the pastor had a very beautiful young daughter. They met. God told him that she is "the one". And Hinn asked God, if she is the one, please made her tell him, that she would make a cake for him. And God gave him 'the SIGN'. And they lived happily ever after. It was a perfect story. Really.
Oh..for a young teenager melancholy boy, that piece of story is more than everything. I carried it to my university days, all the way till I grew up. Most of very renown pastors in Indonesia would cite this miraculous story too. I dreamed of this too. That one day good Lord will give me the sign, in a beautiful setting and background just like Hinn's.
I don't care when Ted Haggard had sex with a male prostitute and used drugs. I don't bother that Paul Cain drunk in real alcohol and he was really drunk. Not my concernt that Paula and Randy White got divorced. Just laughed when I heard at the big Bethel Sinode Assembly Meeting, the pastors were exchanging pyhsical fists and abusive words for the fight of the Chairman position. Or when many-many mega church pastors messed up church finances.
But Hinn's story with Suzanne is a true fairy tale I used to keep preciously. It was like a dream. God matchmade you and the princess, you are the chosen one, you are so special. I knew then, I would never get Hinn's status, the way he befriended with God and the way God made special ararangement for him for his soul mate. But that story kept inspiring me, it's like the piece of treasure you'd remember with smile.
All I see now it's like the movie 'UP'. The man found out that all his childhood dreams, his super-idol-role model, his dream hanging waterfall....all are vanity and meaningless.... Or perhaps like a boy who used to adore the Santa Claus, felt so happy when he saw his mom kissing Santa Claus, kept singing that 'I saw mommy kissing Santa Claus'...until he grew up to realise that his mom had an affair with that "bloody santa claus".
God did not give me the sign then. I mean, the sign as I wanted it to be. There may be many signs, but not as I wanted. Or if there were any, I did not accept it, I rejected it. I did not have the beautiful fairy tale background and setting like Hinn had. But, all I know that I love my wife. And I know that love is difficult and not an easy word and should not be taken for granted like a sign of star in the sky.
All I know that love is a verb and choice. I choose to love my wife not because of the sign of stardusts in the sky, or the flowers and butterflies formed a heart-shape dance..... I choose to love my wife, regardless of the setting and background.
All I ask from God is not the sign and the beautiful setting. May His love stays in my heart and enables me to keep loving my wife till the end.....
Tuesday, February 09, 2010
Wise Words from Elder
Trading appears deceptively easy. When a beginner wins, he feels brilliant and invincible. Then he takes wild risks and loses everything.
Many traders are loners who abandon the certainty of the present and take a leap into the unknown
When I was growing up in the former Soviet Union, children were taught that Stalin was our great leader. Later we found out what a monster he had been, but while he was alive, most people enjoyed following the leader. He freed them from the need to think for themselves.
Emotional reactions are a luxury that you cannot afford in the markets.
People change when they join crowds. They become more credulous and impulsive, anxiously search for a leader, and react to emotions instead of using their intellect. An individual who becomes involved in a group becomes less capable of thinking for himself.
Your human nature prepares you to give up your independence under stress
Friday, February 05, 2010
Vertical Limit, Up
Monday, February 01, 2010
What kind of church (2)
What kind of church..
Tuesday, January 19, 2010
The Ca'my Language
Thursday, January 07, 2010
Potato in the dry land
Saturday, January 02, 2010
The Joy of Fatherhood
I have been following one pastor's twitter. I emphatized with his struggle as he has an international pop star wife who lives in US with their son. That leaves him with limited time with his 4 years old son. He would share in his twitter his joy of fatherhood when he has that limited time to spend with his son, such as sending him to music school in LA or just carrying him asleep.
Tuesday, December 22, 2009
It’s Christmas Day
atau tidak. Yang jelas, dimulai ketika saya mendengar sebuah lagu
‘It’s Christmas Day’ yang dinyanyikan oleh Mandisa dan Michael W
Smith. Saya terpesona mendengar lantunan merdu lagu itu.
Nah, saya tahu siapa Michael W Smith, tapi saya tidak tahu itu
Mandisa. Jadi saya meng-google nama itu dan menemukan keterangan
mengenai penyanyi itu di wikipedia,
http://en.wikipedia.org/wiki/
Ternyata dia adalah salah seorang finalis American Idol 2006,
hmmm….namun tiba-tiba ada sesuatu yang menarik perhatian saya. Di situ
diceritakan bahwa salah satu juri, Simon Cowell ternyata melecehkannya
karena penampilan fisiknya. Simon Cowell mengeluarkan beberapa
komentar tentang berat badannya sewaktu audisi. Waktu pertama kali
melihat Mandisa, Simon dengan sinis menyindir bahwa sekarang kita
memerlukan panggung yang lebih besar.
Saat Mandisa menemui para juri sesaat sebelum sesi final untuk 24
semi-finalis, dia berkata pada Simon, “Apa yang saya mau katakan
padamu, ya, bahwa engkau menyakiti saya, dan saya menangis saat itu,
dan benar-benar sakit, ya itu benar-benar menyakitkan. Tapi saya ingin
kamu tahu, kalau saya telah mengampuni kamu dan bahwa kamu tidak
memerlukan seseorang untuk minta maaf, untuk mengampuni orang lain.
Saya temukan, bahwa kalau Yesus rela mati supaya semua salahku dapat
diampuni, tentulah saya dapat memberikan kasih karunia ini juga kepada
engkau..”
Mandisa kemudian memenangkan beberapa Grammy dan Dove award dan
menelurkan beberapa album seperti It’s Christmas, Christmas Joy dan
True Beauty dan beberapa singles seperti God Speaking, Voice of a
Savior, dan lain lain.
Pagi ini saya bertemu dengan seorang kawan lama. Dia adalah seorang
mantan CEO salah satu perusahaan asuransi terbesar di Afrika Selatan,
yang kemudian di puncak karirnya memutuskan untuk datang ke Asia
Tenggara dan menjadi misionaris.
Sambil nongkrong di warung kopi, kami berbincang-bincang dan saling
berbagi pergumulan kami masing-masing. Saat saya berbicara tentang
‘kemalangan’ dan ‘ketidak-adilan’ yang baru saya alami di kantor, dia
tiba-tiba dengan semangat bercerita tentang satu kisah dari Afrika
Selatan.
Ketika pemerintahan apartheid di Afrika Selatan baru berakhir, Nelson
Mandela mengeluarkan suatu keputusan, bahwa siapapun yang dulu
melakukan kejahatan, asalkan mau mengaku di pengadilan maka akan
diputus-bebas oleh pengadilan. Nah, seperti yang Anda tahu, Afrika
Selatan adalah tanah berdarah, di mana banyak terjadi peperangan sipil
antara kulit hitam dan kulit putih. Kalau Mandela tidak mengeluarkan
keputusan itu, dapat dibayangkan berapa banyak orang yang harus masuk
penjara dan penjara akan penuh sampai 20-30 tahun ke depan.
Adalah seorang polisi bernama van de Broek mengaku bagaimana dia
menangkap seorang anak muda kulit hitam, memukuli dan menyiksanya,
sebelum kemudian dia membunuhnya. Kemudian karena mereka hendak
berpesta, mereka juga mem-‘barbeque’ anak itu. Delapan tahun kemudian
van de Broek kembali ke rumah anak itu dan menangkap bapaknya,
kemudian di depan istrinya, ibu si anak, Broek mengikat bapak tersebut
dan membakarnya hidup-hidup.
Desmond Tutu, pemenang Nobel perdamaian, mengepalai acara ‘hearing’
tersebut. Dia bertanya kepada wanita yang merupakan ibu si anak itu,
“Apa yang Anda mau dari dia?”
Ruang pengadilan itu menjadi senyap.
Wanita itu minta tiga hal. Yang pertama dia minta supaya van de Broek,
membawanya ke tempat di mana mereka dibakar dan mengumpulkan abu
mereka, supaya mereka bisa dikebumikan secara layak, dan dia ingin
Broek menghadiri acara pemakaman itu. Sang polisi itu mengangguk
setuju.
Lalu dia melanjutkan, “Tuan van de Broek telah mengambil keluarga saya
dari dia, padahal saya masih memiliki banyak kasih untuk dibagikan.
Sebulan dua kali, saya minta dia datang ke ghetto saya dan
menghabiskan sehari bersama saya, supaya saya bisa menjadi ibunya. Dan
saya ingin agar Tuan van de Broek tahu, kalau dia telah diampuni oleh
Tuhan dan bahwa saya telah mengampuni dia juga. Dan saya minta untuk
memeluk dia sekarang, agar dia tahu kalau pengampuan ini nyata….”
Spontan, orang-orang menyanyi lagu Amazing Grace di ruang pengadilan
itu, saat wanita tua itu melangkah ke depan. Tetapi Broek tidak dapat
mendengar lagu itu, dia jatuh pingsan dalam kekagetannya.
Allah juga melangkah ke dalam dunia ini waktu hari Natal. Untuk
memeluk dunia yang gelap dalam pengampunan. Dia datang sebagai bayi
kecil, agar dunia dapat melihat bahwa pengampunan itu nyata…
Monday, December 21, 2009
Feng Shui
The Christmas I Want
Sepanjang jalan Orchard di Singapura sudah dihiasi lagi dengan megah dan
gemerlap menyambut hari Natal ini. Orang-orang lalu lalang dengan gembira, di
tengah banyak bangunan mall-mall yang baru dan mewah.
Singapura bukan negara Kristen tentunya, dan orang Kristen tentu cuma minoritas.
Tetapi musim Natal disambut dengan gembira oleh banyak orang. Pertama-tama
karena musim liburan. Pada umumnya beban kerja di kantor menurun, holiday-mood,
lah. Orang banyak mengambil cuti, kesibukan menurun, dan siapa tidak suka
melihat hiasan-hiasan Natal yang gemerlap, Sinterklas yang lucu dan pohon Natal
yang indah. Natal, juga mendekati akhir tahun, dan kebanyakan karyawan
menantikan bonus akhir tahun mereka. Dan tentu saja, selalu ada hal yang menarik
hati yang disediakan untuk kita semua. Diskon Natal untuk Christmas fashion
terbaru, menu khusus hari Natal yang menggoda lidah, dan berbagai sale dan
diskon bertebaran.
Jadi siapa yang tidak suka hari Natal?
Benar, memang bagi banyak orang yang berbeban berat, suasana di atas tidak
banyak menolong. Karyawan yang baru dipecat, sulit untuk menghamburkan uang
untuk Christmas shopping. Orang-orang yang sakit, sulit melihat harapan di
tengah mall-mall mewah bertaburan luxury goods.
Namun suasana Natal yang gemerlap itu tentu nyaman untuk sekedar `take a break'
setelah sepanjang tahun penat membanting tulang, bagi banyak orang.
Tapi, kan, Anda mungkin menyanggah, Natal bukan soal itu, ada pesan Natal yang
sesungguhnya karena kedatangan seorang bayi di palungan 2000 tahun yang lalu…
Saya bertanya-tanya, kalau misalnya Anda sedang terjerat dan terjepit dalam
masalah yang sangat berat, lalu mendengar pesan Natal, yang itu-itu lagi, yang
sudah Anda dengar mungkin puluhan kali, akankah pesan Natal itu membawa arti
bagi Saudara?
Kita tahu, sepertinya tidak ada yang mengena di hati kita (lagi), tinggallah
Natal itu soal gemerlap hiasan lampu Natal dan Sinterklas yang lucu…
Teringatlah saya, kejadian 2000 tahun yang lalu itu, adakah hari itu benar-benar
membawa arti dan mengubah hidup banyak orang?
Ya, bagi para gembala, mereka bersuka cita dan membawa berita kesukaan besar
kepada banyak orang. Cerita tentang gembala bertemu bala tentara malaikat tentu
cepat menyebar di kota kecil itu. Tapi, tidak banyak orang "menerima" berita
itu, Alkitab cuma mencatat mereka heran. Titik. Lagipula, kalau semua orang
sekota itu dan daerah itu bertobat, 30 tahun kemudian tentu pelayanan Tuhan
Yesus akan lebih mudah.
Ya, bagi Simeon dan Hana, yang membawa berita sukacita itu di Bait Allah, saat
Yesus berumur 8 hari. Kedua orang ini tentu tidak berbicara bahasa sandi saat
itu, kesaksian mereka nyata, dan Hana adalah seorang nabi yang tinggal di dalam
Bait Allah itu sendiri. Jadi mengapa cuma dua orang di dalam Bait Allah itu yang
melihat `makna' itu dan tidak para ahli Farisi, imam-imam, ahli Taurat, dan
segala macam orang yang datang ke Bait Allah? Kalau mereka menerima Yesus pada
saat itu, tentunya mereka tidak akan mati-matian menentang Yesus, 33 tahun
kemudian…
Ya, bagi orang Majus yang mengarungi jarak yang jauh dan mempersembahkan
barang-barang mereka yang paling berharga. Tetapi tidak bagi penduduk sekitar,
yang bisa dengan mudah datang dengan berjalan kaki.
Mengapa?
Kita tahu bahwa Allah mengasihi kita, kita tahu bahwa Bayi yang datang 2000
tahun yang lalu itu adalah suatu perkara yang besar. Tetapi kenapa berita itu
sekarang tidak lagi mengena di hati kita?
Karena walau kita tahu bahwa Allah mengasihi kita, kita punya kemauan dan
keinginan akan `apa yang kita mau' dari perwujudan kasih itu. Dan apa yang kita
mau, mungkin berbeda dengan bagaimana Allah menyatakan kasihNya...
Orang-orang Yahudi menantikan datangnya Mesias selama beratus-ratus tahun, dan
dalam penindasan dan penghinaan yang berat oleh orang Romawi, tidakkah yang
mereka nantikan seorang Mesias yang perkasa, yang datang dengan Pedang dan Api
yang menyala-nyala, dan memulihkan Kerajaan Israel pada masa itu?
Bagi para orang Farisi dan ahli Taurat, tidakkah mereka berharap, bahwa Mesias
itu akan datang sebagai Imam yang megah, dalam kelebatan efod sorgawi,
diselubungi awan kemuliaan yang menggentarkan semua orang, yang kemudian akan
kemudian mengangkat para imam dan orang Farisi itu sebagai orang-orang penting
untuk menghakimi umat Allah?
Tetapi Bayi itu datang dalam keadaan sederhana, lahir di palungan. Dia menaiki
keledai saat memasuki Kota Raja, Yerusalem. Dia mengajar dan mengecam
kemunafikan para ahli Taurat dan mengajak umat Allah datang langsung kepada Bapa
mereka, dan dengan demikian membuat posisi para imam "terancam". Dia duduk
dengan anak-anak. Dia bercakap-cakap dalam bahasa Aram (ibaratnya Jowo ngoko)
dan bukan bahasa terpelajar Yunani (ibaratnya bahasa Inggris). Dan…ya ampun…dia
bergaul dengan pelacur, dia makan semeja dengan para koruptor…
Jam menunjukkan lewat tengah malam. Hening dan sepi. Lagu Natal melantun sayup
memecah keheningan. Puluhan Natal berlalu sudah.
Saya berdoa, supaya Natal ini, saya dapat melihat kasih Allah sebagaimana kasih
itu yang sejati. Seperti yang hati Allah pesankan. Bukan seperti apa yang saya
mau. Supaya saya tidak kehilangan pesan Natal itu seperti orang-orang Israel
menantikan Mesias dengan pedang, atau seperti para ahli Taurat yang kecewa
melihat kesederhanaan Kristus.
Saya ingin saya dapat melihat dan merasakan kasih itu, bagaimanapun Allah
menyatakan dan mewujudkannya dalam hidup saya.
Mungkin tak seperti yang saya mau. Mungkin tak seperti yang saya harapkan.
Mungkin tak seperti impian liar masa muda saya. Mungkin tak seperti yang akal
praktis saya paksakan. Mungkin tidak seperti yang saya pernah bahkan dapat
bayangkan.
Saya berdoa, agar saya dapat percaya. Dan melihat. Dan mengecap. Kasih Natal itu
yang sejati.
Saturday, December 19, 2009
The seeds of potato
Friday, December 18, 2009
..so it comes
Sunday, November 29, 2009
Faith Like Potatoes
Tuesday, November 10, 2009
Monday, October 19, 2009
Melukis Kasih Karunia
Saya berhenti melukis waktu kelas 2 SMA kalau tidak salah. Yang saya ingat, guru seni rupa saya mengacung-acungkan lukisan saya di depan kelas dan mengejek-ejeknya serta mempermalukan saya di depan murid-murid.
Sejak itu saya selalu berpikir kalau saya tidak bisa melukis. Saya tidak punya bakat.
Dan waktu pun berlalu.
Sebulan yang lalu saya iseng menemukan kursus melukis di sebuah website. Benar-benar kebetulan, karena saya menemukan link-nya di Google Ads Word di dalam Gmail. Lebih kebetulan lagi, tidak lama setelah itu saya ketemu makan siang dengan kawan saya, seorang Professor di Singapore Management University, setelah lama sekali tak bersua. Ngobrol-ngobrol kanan kiri atas bawah, saya tiba-tiba iseng menyebutkan soal kursus melukis. Singkat cerita dia juga tertarik, dan jadilah kita berdua mendaftar untuk ikut kelas permulaan. It’s acrylic on canvas. Kalau tidak ada temannya, mungkin saya tidak berani mendaftar.
Nah, tulisan ini bukan artikel tentang teknik melukis, ya. Saya cuma tertarik dan terperanjat ketika instruktur kami (seorang seniman impressionist) mengatakan, “Melukis itu tergantung dari bagaimana kamu melihat dan bukan dari keahlian tangan…yang penting itu harus melihat dengan benar, karena kalau kamu melihat dengan benar, niscaya tangan akan mengikuti…”
Saya jadi melihat analoginya dalam hidup. Kalau kita melihat dengan benar, maka tangan kita akan melukis dengan baik pula. Kalau apa yang kita percayai benar, maka hidup kita akan benar pula. If we’re believing right, then we will live right.
Kalau saja kita tahu, melihat dan mengecap betapa dahsyat dan tak berkesudahan dan tanpa pamrih, kasih karunia Tuhan, hidup kita akan diliputi dengan kekuatan ajaib untuk hidup benar. Mana yang akan membuat kita hidup benar? Apakah aturan-aturan agamawi dan hukum-hukum serta ketakutan akan api neraka? Ataukah kelimpahan kasih karunia, pengampunan tak berkesudahan, kebaikan tanpa pamrih yang akan mendorong kita hidup benar?
Penghakiman dan hukum penuh dengan tuduhan dan daftar kesalahan. Seperti guru seni rupa saya di atas, ketika dia mengacung-acungkan “keburukan” lukisan saya. Demikian juga, dalam hidup, selalu ada oknum yang tak hentinya menuduh kita, mendakwa kita, mencap kita “tidak layak” dan mengacung-acungkannya di depan pikiran kita.
Tapi, lihatlah.
Therefore, there is now no condemnation for those who are in Christ Jesus, kata surat Roma 8:1. Ngga ada lagi penghukuman, kita udah bebas. Kita hidup dalam kasih karunia. Kita hidup karena kita melihat dan mengalami dan hidup di dalam Roh dan berbuah. Ngga ada hukum yang bisa menentang itu, kata Galatia 5: 23.
Kalau kamu melihat dengan benar, tanganmu akan mengikuti…..
Kalau kita dapat melihat dan merasakan dan mengalami betapa besar kasih karunia Allah, maka kaki dan tangan kita akan mengikuti….
*****
Singapura, Oktober 2009
Dedicated to my dearest wife, RP.
Thanks too to GT (SMU) & CK (myartspace).
Monday, September 21, 2009
God, Prosperity and Reality
- If you teach that God wants the best property for us, i.e finding house for us. Mind you, the preacher spesifically said, the best in town for us. This lead to a mathematical problem, because the best is only one, and there are more than one Christian in town
- Mathematically, you can't have all members to be rich persons. And economically, some professions can't compete with others. For example, being a teacher or a maid, would make it incomparable to compete with a Wall Street analyst or bankers. So, how would a member who coincidentally is a taxi driver feel about the teaching?
- Case studies in pulpit are always about the 'absolute' rich people. The preacher would proudly announce how he knows this and that rich Indonesian businessmen, of the replica house like White house, etc. I understand marketing and packaging. The moment you share a story about a maid. that she feels so financially blessed, because today she could earn additional $10, would just really piss off most the attendees.
- Biblically, they love to quote all examples of rich people and forgetting the case that Jesus himself, Paul, etc were not typical Warren Buffet of the day.
- Just take a quick surveys..most of the richest in town or country, they are not Christian. Forbes would agree with me.
Sunday, September 13, 2009
always be nice
always be nice to everyone.
you never know, who will stretch their hands to reach you when the titanic starts to sink. one touched my hand and told me 'relax, God is watching us' despite i had numerous fights with the person. the other one said 'don't let them look down on you, you have to know that you are good..' despite i ever had hours on the phone quarelling. one just came into my room said nothing..but 'how are you' with the face expressing deep sympathy. one sent sms-es from outside, despite we were not that close when we were on the same ship, 'things happen for a reason, keep faith in god'. the funny thing, i don't even know what religion those people are who mentioned god, yet it was just so nice.
use brain and be rationale all the time (this one i got it from my seefoo).
the persons that i have tried to be over-nice, were the ones that then put the darts on my back. the fact that i was hurt, because perhaps i was not sincere then, i was nice to them to get their support during my reign time. lesson, don't need to overdo it...
so, in future, just be nice to everyone in sincerity.
Saturday, August 29, 2009
There's a reason
Oh lamb of God I am standing in the light
Pray all the world will see
May all I do glorify your name
That's the reason you made me...
There's a reason for everything
Some we may know, most we don't know
Some we don't need to know, some we really need to know
..to hold and uphold it...
Tuesday, August 25, 2009
...he also needs to....
"...he is only a man, and like you and me...he also needs to shit and goes to the toilet...."
aha...so wise my godfather is :)