Friday, July 17, 2015

Orang tua dan Persembahan

Malam itu saya hendak menyelesaikan urusan belanja bersama isteri saya, ke sebuah toko tidak terlalu jauh dari rumah. Kami menyetop taksi dan menemui seorang sopir yang sangat ramah, kelewat ramah malah, hehehe. Karena dengan PD-nya dia asyik mengobrol dan tanpa sungkan-sungkan bertanya-tanya dan mengomentari beberapa hal yang agak pribadi.

Terkadang untuk menghindari pertanyaan-nya itu, saya balik mewawancara beliau dan menanyakan hal-hal standard seperti umur, anaknya berapa, sudah punya cucu?

"Tebak saja berapa umur saya," katanya terkekeh.
"60 lebih," ujar saya, sengaja dimiringkan ke bawah sedikit.
"73! Saya sudah 73!" dengan tertawa-tawa dia berucap.
"Sudah punya cucu, dong?"
"Ya, ya sudah ada satu. Saya ada dua anak perempuan."
"Ya sudah enak-lah, ini kan cuma 'passing time' saja, kerja untuk hiburan saja, kan?" 

Hening seketika, lalu tiba-tiba atmosfer percakapan kita sedikit berubah. Dari udara cerah, tiba-tiba turun hujan lebat dari awan mendung.

"Saya bekerja untuk mencukupi diri sendiri. Saya punya anak laki-laki, dia jadi Kristen, terus kawin dan tidak pernah dia memberi saya satu sen pun!" Katanya keras, sambil mengacungkan satu jari. Suaranya marah bergetar.


*****

Malam itu kebetulan (atau bukan kebetulan), saya membaca dari Markus 7.

 7:6 Jawab-Nya kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku 1 . 7:7Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. k  7:8 Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia 2 . l " 7:9 Yesus berkata pula kepada mereka: "Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu m  sendiri. 7:10 Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! n  dan: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati. o  7:11Tetapi kamu berkata: p  Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban--yaitu persembahan kepada Allah--, 7:12 maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatupun untuk bapanya atau ibunya. 7:13 Dengan demikian firman Allah q  kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat r  yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan." 

Saya teringat banyak cerita. Misalnya ada seorang anak perempuan yang tidak bersedia menampung ibunya. "Tidak ada waktu untuk mengurus mamah, soalnya saya sibuk pelayanan kunjungan ke rumah sakit..."

Atau banyak yang setia memberikan perpuluhan kepada gereja-gereja (yang sangat menekankan perpuluhan tapi tidak pernah mengajarkan soal orang tua), tetapi menelantarkan orang tua-nya.

Sekiranya kita hidup di bawah hukum, memang melaksanakan perintah atau aturan yang dikeluarkan gereja, rasanya lebih sreg. Ibaratnya kita berusaha untuk lulus ujian dan ini loh contoh jawaban yang memang dikeluarkan dan diberkati oleh gereja. Ngasih persembahan. Bikin gereja lebih gede lagi sesuai ambisi pendetanya. Kayanya itu syarat-syarat supaya kita lulus ujian dan naik kelas.

Tapi, kalau kita memang mau di bawah hukum, maka kita wajib memenuhi SEMUA hukum Taurat dengan sempurna. Yang satu harus dilakukan, yang lain jangan diabaikan.

Tidak sanggup? 

Makanya kita cuma bisa berpaling kepada kasih karunia dan belas kasihan Illahi. Pada saat kita membebaskan diri dari tuntutan hukum itu, maka kita memberikan hati dan pikiran dan nalar kita dipimpin oleh Roh Kudus. Dia membukakan rahasia sejati dari Firman Allah dan apa yang Dia maksud. Hal-hal yang sederhana seperti yang Yesus bilang, mosok bisa pamer kasih persembahan ke gereja tetapi orang tua ditelantarkan..... - di bawah "hukum" kasih karunia, tiba-tiba menjadi alami dan jelas ..... apa yang sebetulnya murni dan berarti.

God help us to live under your grace so Your Spirit shall lead our every step.



No comments: