Sunday, January 10, 2016

The meaning of life

In my deep struggle, dark night and immense stress, I have discovered that the meaning of life is to know, experience and enjoy God. 

To know His whole character
To experience the walk and adventure with Him
To enjoy His love, this is the ultimate

He did not create me to serve Him as if He is shorthanded. He did not make me to be "used" for Him as if He just want something to be useful. He did not enjoy the obedience to law without love. 

All other things in life do not matter and it is just part of that grand plan. 

Why worry?

Sunday, January 03, 2016

Faith

Faith honors God and God honors faith - JP

Promised Land

What is promised land? The inheritance and reward is actually not the milk and honey. The sacred inheritance inside the mystery of promised land is God himself. That is why the Levites did not get the land inheritance.

Saturday, January 02, 2016

Sebuah Natal Yang Kelabu

Hari Natal ini, aku tertumbuk pada sebuah artikel di Christianity Today yang ditulis oleh Mandy Rodger-Gates, Let Christmas be Complicated. Dalam artikel tersebut, Mandy menuliskan tentang Natal yang kelabu dan menyingkapkan beberapa hal yang jarang dibahas orang di hari Natal. Misalnya, tentang pembunuhan para bayi waktu kelahiran Yesus. Kejadian itu untuk memenuhi nubuatan, seperti dituliskan Matius. Tentunya jeritan keperihan para ibu yang anaknya terbunuh, bukanlah sebagai tumbal untuk memenuhi nubuatan itu. Tetapi, mengapa? Mengapa itu harus terjadi? Tentunya Tuhan yang sudah menubuatkan ini ribuan tahun sebelumnya dapat mencegah hal ini?

Kelabu, tidak hitam dan tidak putih. Saya suka sekali komentar Mandy tentang penyederhanaan. The human minds craves simplicity. We tend to simplify otherwise complex situations so that solutions are clear to us. Pikiran manusia merindukan kesederhanaan. Kita cenderung untuk menyederhanakan permasalahan yang kompleks, supaya solusinya menjadi jelas bagi kita.

Kita ingin solusi yang sederhana dan jelas. Jika kita memiliki masalah, kita berdoa, maka saat ini juga masalah kita selesai. Jika Tuhan mengasihi kita, maka semua masalah kita akan selesai. Sakit penyakit tiada. Berkat, kemakmuran dan uang adalah bagian kita di bumi ini, tidak perlu-lah kita kuatir akan kebutuhan materi. Kita tidak akan pernah celaka, karena kita selalu aman dalam lindunganNya. Bukankah Tuhan yang empuNya segalaNya dan Dia Maha Kuasa? 

Di gereja-gereja modern seringkali penyederhanaan ini yang menjadi corong di atas mimbar. Sederhana dan relevan, dan itulah yang dibutuhkan orang-orang.


Permasalahannya, saat kita bertemu sesuatu yang kelabu. Jika kita bertemu orang-orang yang sakit dan belum sembuh juga setelah waktu berlalu lama. Jika kita bertemu orang-orang yang kesepian, dan apa yang mereka rindukan adalah hal yang biasa saja, bukan keserakahan. Jika kita bertemu orang-orang yang kuatir, yang tidak memiliki harta seperti orang-orang yang bersaksi di mimbar..... Apa yang hendak engkau katakan? Tuhan itu baik! Ya betul, dia akan menjawab, lalu mengapa keadaanku seperti ini setelah bertahun-tahun?
Let Christmas Be Complicated
Atau mungkin, kita sendiri, jika apa yang kita inginkan tetap tidak terjadi, maka pikiran kita akan menyederhanakannya  dan mencari jawaban yang seringkali menyesatkan kita. Mungkin karena aku tidak melayani, mungkin karena persembahanku kurang, mungkin karena dosa-dosaku, mungkin karena aku lupa berdoa tadi pagi ....... di lubuk hati kita yang jauh kita berpikir juga,  mungkin Tuhan tidak mengasihi kita, mungkin Dia bohong, namun pikiran terakhir ini seringkali terpendam dalam ketakutan.

Gereja-gereja tradisional berkutat dengan penjelasan yang filosofis dan teologis, seringkali terlalu berat untuk para musafir yang lelah. Di sisi yang lain, mereka tidak menyederhanakan, tetapi meninggalkan sang musafir itu di padang yang kering, kelelahan dan kehausan. Apa yang kita rindukan adalah Allah yang nyata dan turut campur dalam kehidupan sehari-hari, yang menyembuhkan ketika sakit, yang memberi uang ketika kelaparan, dan seterusnya.

Jadi bagaimana?

Di satu sisi kita merindukan Allah yang nyata, yang praktikal, yang turut campur dan pikiran kita yang ngidam akan kesederhanaan, ingin membuat hidup dan dunia ini indah dan simpel. Tuhan akan menjauhkan kita dari semua celaka, dari semua nyamuk malaria dan demam berdarah dan virus ebola. Tuhan akan selalu menyediakan uang dan rumah yang nyaman dan hormat dari orang-orang, baik itu boss kita sendiri atau karyawan atau musuh kita. Tuhan memberkati keluarga kita dengan pasangan yang sempurna, anak-anak yang berbakat.... dan lain-lain, dan seterusnya.

Kesederhanaan itu kadang berbenturan dengan kenyataan. Orang yang kita kasihi tidak memperoleh kelepasan dari pergumulannya, pengerja gereja meninggal dalam kecelakaan yang tragis dan meninggalkan anak 3 tahun sebagai yatim piatu, pekerjaan kita penuh tekanan dan kekuatiran mendera seperti gelombang tsunami, dan lain-lain....

Tentu saja kita juga mendengar dan melihat banyak mukjizat terjadi, cuma dalam hukum kesederhanaan, bukankah it's all or nothing? Seperti hukum gravitasi, semua benda yang dilempar ke atas harus jatuh ke bawah, bukan? Semuanya. Dan pikiran kita menjadi lelah kalau menemukan ada anomali-anomali, terlebih kalau itu dekat dalam hidup kita. Mengapa kadang bisa kadang tidak bisa? Kadang sembuh kadang tidak... 

Di penghujung tahun ini, satu hal diberikan kepadaku untuk diriku mencoba berdamai dengan diriku sendiri. 

Pesan Tuhan itu sederhana, namun tidak berarti kita menjadi sok tahu dan menjadikan segala sesuatu sederhana sesuai hikmat kita.

Pesan Tuhan, Dia mengasihi kita dengan kasih yang tidak terukur dan kebenaran-Nya menjamin segala sesuatu dan menyelesaikan segala sesuatu. Inilah hal yang pasti. Namun dengan rendah hati, kita dapat menerima bahwa kita tidak selalu dapat mengerti segala sesuatu. Mengapa ini dan itu terjadi? Kita tidak mengerti, mungkin cuma sekarang, atau mungkin juga sampai kita mati. Satu hal pasti, Tuhan mengasihi dan memelihara kita. Bagaimana cara Dia mengasihi dan memelihara kita, itu urusan Dia. Bagian kita percaya saja.

Satu ayat yang memberikan penghiburan bagiku dari Rasul Paulus. 

"Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan.”
Filipi 4:12

Dipikir-pikir, aneh sekali Paulus menulis soal kekurangan dan kelaparan. Bukankah itu sepertinya bertentangan dengan ajaran yang sederhana bahwa kita seharusnya tidak mengalami hal itu? Tetapi itu kelihatannya tidak menjadi soal bagi Paulus, yang dia yakini bahwa dia dapat menanggung segala sesuatu, karena Kristus. Jikalau dia tidak yakin akan kasih dan kuasa Kristus, bagaimana dia bisa merasa tenang dalam perkara apapun?

“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” Fil 4:13
Ayat ini yang sering disalah-gunakan dan diartikan seolah-olah kita dapat memperoleh apapun yang kita inginkan dengan memperalat Tuhan, padahal Paulus justru menuliskan apapun yang terjadi, dia tahu Tuhan akan menyertai dan memberi kekuatan kepadanya untuk menanggung segala sesuatu. 
Tulisan ini aku tutup dengan sebuah lagu dari Yerikho VG. Lagu ini favorit-ku dan menjadi penghiburan di tahun-tahun pertama kuliahku di UNDIP, karena kekecewaanku tidak bisa masuk ITB.  


Indah semua, yang Tuhan bri ....