Monday, January 02, 2017
You cannot always understand Him
If your faith depends on your need to understand how God works, you will always feel insecure and tou stand on a shaky ground. Put your faith on the trust that God is God and He is love. - HSL, 2 Jan 2017
Tuesday, December 06, 2016
Tentang Agama dan Allah
Kalau dilihat dari sejarah, kejahatan manusia dan pemberontakan manusia terhadap Allah, bermantelkan agama. Kelihatannya seperti niat baik, tetapi berangkat dari keinginan untuk menjauh dari Allah. Dan Allah tidak pernah menganggap manusia sebagai musuh.
Mulai dari Taman Eden. Apakah Adam dan Hawa benar-benar bermaksud mengangkat senjata dan melakukan makar terhadap Allah? Mereka tergoda karena mereka ingin menjadi seperti Allah, sesuatu yang "kelihatannya baik". Mereka ingin memiliki pengetahuan yang baik dan jahat, seperti Allah. Mereka meragukan kebaikan Allah dan mereka berpikir paling tidak mereka bisa mengandalkan kekuatan mereka sendiri, kalau-kalau Allah tidak lagi memelihara mereka.
Lihat polanya di sini? Waktu manusia memutuskan untuk menjauh dari Allah.
Selanjutnya Kain membunuh Habel, karena kecewa melihat persembahan Habel diterima, tetapi persembahannya, tidak. Dengan kata lain, Kain "berniat baik" mengenai ibadahnya. Habil mempersembahkan korban cucuran darah, sedangkan Kain memersembahkan hasil dari tanah. Secara simbolik, Kain mengandalkan keringat dan kekuatan sendiri dari tanah yang terkutuk; Habil mengingat bahwa perdamaian dengan Allah hanya mungkin lewat korban dan darah, merujuk kepada janji pengorbanan Allah di masa depan.
Mulai dari Taman Eden. Apakah Adam dan Hawa benar-benar bermaksud mengangkat senjata dan melakukan makar terhadap Allah? Mereka tergoda karena mereka ingin menjadi seperti Allah, sesuatu yang "kelihatannya baik". Mereka ingin memiliki pengetahuan yang baik dan jahat, seperti Allah. Mereka meragukan kebaikan Allah dan mereka berpikir paling tidak mereka bisa mengandalkan kekuatan mereka sendiri, kalau-kalau Allah tidak lagi memelihara mereka.
Lihat polanya di sini? Waktu manusia memutuskan untuk menjauh dari Allah.
Selanjutnya Kain membunuh Habel, karena kecewa melihat persembahan Habel diterima, tetapi persembahannya, tidak. Dengan kata lain, Kain "berniat baik" mengenai ibadahnya. Habil mempersembahkan korban cucuran darah, sedangkan Kain memersembahkan hasil dari tanah. Secara simbolik, Kain mengandalkan keringat dan kekuatan sendiri dari tanah yang terkutuk; Habil mengingat bahwa perdamaian dengan Allah hanya mungkin lewat korban dan darah, merujuk kepada janji pengorbanan Allah di masa depan.
Jadi, karena agama pembunuhan pertama terjadi.
Polanya sama, manusia cenderung mencari jalan sendiri, mengandalkan kekuatan sendiri dan menjauh dari Allah supaya tidak terlalu tergantung padaNya.
Hikmahnya: Selalu cari Tuhan, selalu cari Dia di setiap kesusahan. Dia selalu semangat, gembira, menanti2 saat kita mencari Dia. Apa yang kelihatan baik dan agamawi seringkali menjauhkan kita dari Tuhan.
Thursday, October 06, 2016
Ucapan Bahagia, Datanglah Kerajaan-Mu, the other side.
5:1 Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. 5:2 Maka Yesuspun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya: 5:3"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. 5:4 Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. 5:5 Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. 5:6 Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. 5:7 Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan. 5:8 Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. 5:9 Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. 5:10Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. 5:11 Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. 5:12 Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu."
Engkaulah yang empunya Kerajaan Sorga sekarang, oleh karena itu dengan percaya diri dan tenang kita bisa selalu merasa miskin (bergantung) kepada Allah, dan menegakkan kepala di hadapan dunia ini, karena kita kaya di hadapan mereka.
Allah senantiasa menghibur kamu, oleh karena itu merupakan suatu kehormatan kalau kita mengalami segala tantangan, penderitaan, dukacita karena hidup kita di dalam Kristus
Allah telah mewariskan bumi ini, oleh karena itu kita diberikan keberanian dan kepercayaan diri untuk bertingkah laku lemah lembut, seperti layaknya keluarga darah biru
Allah telah memuaskanmu di dalam Kristus, oleh karena itu kita selalu diluapi oleh rasa haus dan lapar lebih lagi akan hadiratNya
Engkau telah dan selalu akan diberikan kemurahan Illahi, bagikanlah kemurahan itu meluap dari hati yang pemurah
Aku telah menyingkapkan selubung itu dan engkau memandang-Ku, oleh karena itu hatimu selalu suci di mata-Ku (suci = hagios = set apart = dipisahkan untuk tujuan spesial)
Sungguh engkaulah anak-anak Allah, karena itu Roh akan membawamu dalam setiap langkah untuk membawa damai
Kerajaan Sorga adalah milikmu, orang-orang akan menganiayamu di dunia ini, karena engkau bukan dari dunia ini. Mereka akan mencela dan memfitnahmu, karena upah besar sudah disediakan.
Saturday, September 10, 2016
Monday, June 13, 2016
The Happy Lucky Pigs
Minggu lalu saya berlibur ke Bali, tempat favorit saya. Walau kadang saya merindukan Bali yang dulu, yang rasanya lebih ramah dan tidak terlalu mahal, tetaplah saya selalu menikmati Bali.
Kami mampir di sebuah rumah makan dan tercengang melihat sebuah kisah menarik dan lucu di sebuah poster. (Lihat gambar di bawah). Di poster itu diceritakan tentang babi guling yang menjadi menu di situ dan bagaimana mereka membesarkan babi-babi tersebut. Mereka memelihara 50 ekor babi. Happy Lucky Pigs! Babi itu mereka berikan tempat 'sorgawi' agar mereka bahagia, dengan lumpur untuk berguling ria dan makanan yang bergizi, sehingga mereka dengan bahagianya tumbuh setengah kilo per hari!
Sayangnya kebahagiaan mereka harus berakhir, karena nasib mereka harus berakhir untuk diguling di pembakaran! So, the happiness was just an illusion :)
Well, tentu saja kita tahu bahwa hewan ternak tentu untuk dipotong, cuma penyampaian cerita di atas cukup lucu dan ironis.
Ironisnya, banyak orang Kristen berpikir Bapa di Sorga itu juga seperti pemilik peternakan babi itu. Bahwa manusia diberikan momen-momen sorgawi sementara yang bahagia, mukjizat dan lain-lain.... Tapi akhirnya? Mana tahu?Sehingga kita selalu ketakutan bahwa kita akan berakhir seperti babi guling itu di-'guling' di neraka. Banyak orang Kristen yang pahit dan berpikir bahwa Tuhan menciptakan manusia, supaya pada akhirnya (sebagian) dari mereka berakhir disembelih di neraka....
Seandainya para babi itu diajarkan bahwa mereka bisa lolos dari pembakaran asalkan mereka patuh dan bisa disuruh apa pun, pastilah mereka menjadi babi yang taat dalam ketakutan. Itulah sebabnya banyak tukang kandang yang doyan menakut-nakuti.
Tuhan menjadikan kita sebagai anak dan bukan babi, bukan happy lucky pigs sekalipun. Dia tidak merancang agar kita dibakar di neraka.
Sebagai buktinya, justru Allah merelakan Anaknya yang disembelih, agar saya dan engkau selamat, untuk menjadi anak dan bukan berakhir sebagai sembelihan.
Btw, the food was good though :)
Tuesday, March 08, 2016
The Paradox of Faith
I finally found the peace to my long yearning.
I realise that I do not know everything nor do I have answer to all things. I do not have everything in my hand and I have everything. I am weak and I can do all things. In Him.
I see a little toddler in heavenly palace. His cheek is red and chubby. And lo, a little tears on his eyes.
He looks at the King of kings, the ruler of and above everything.
"You said that I can ask for anything and I will have it. You said that I have all the power. You wrote on the wall that I am given the key of wisdom to know all the mysteries. "
And at this junction, tears is flooding his eyes. He stretches his little hand, trembling, to the King, open up his little palm, "I do not have anything..."
The King smiles.
He bends down and kisses him and let His face wipes his tears.
He carries him to his shoulder while he speaks very softly, calm, tender, firm...to him.
"You... do ..have.... everything..."
And He carries him for a walk.
“Don’t fret or worry. Instead of worrying, pray. Let petitions and praises shape your worries into prayers, letting God know your concerns. Before you know it, a sense of God’s wholeness, everything coming together for good, will come and settle you down. It’s wonderful what happens when Christ displaces worry at the center of your life.
I’m glad in God, far happier than you would ever guess—happy that you’re again showing such strong concern for me. Not that you ever quit praying and thinking about me. You just had no chance to show it. Actually, I don’t have a sense of needing anything personally. I’ve learned by now to be quite content whatever my circumstances. I’m just as happy with little as with much, with much as with little. I’ve found the recipe for being happy whether full or hungry, hands full or hands empty. Whatever I have, wherever I am, I can make it through anything in the One who makes me who I am. I don’t mean that your help didn’t mean a lot to me—it did. It was a beautiful thing that you came alongside me in my troubles.”
Philippians 4:6-7, 10-14 MSG
“And now I have it all—and keep getting more! The gifts you sent with Epaphroditus were more than enough, like a sweet-smelling sacrifice roasting on the altar, filling the air with fragrance, pleasing God no end. You can be sure that God will take care of everything you need, his generosity exceeding even yours in the glory that pours from Jesus. Our God and Father abounds in glory that just pours out into eternity. Yes.”
Philippians 4:18-20 MSG
“Receive and experience the amazing grace of the Master, Jesus Christ, deep, deep within yourselves.”
Philippians 4:23 MSG
Tuesday, March 01, 2016
Sunday, January 10, 2016
The meaning of life
In my deep struggle, dark night and immense stress, I have discovered that the meaning of life is to know, experience and enjoy God.
To know His whole character
To experience the walk and adventure with Him
To enjoy His love, this is the ultimate
He did not create me to serve Him as if He is shorthanded. He did not make me to be "used" for Him as if He just want something to be useful. He did not enjoy the obedience to law without love.
All other things in life do not matter and it is just part of that grand plan.
Why worry?
Sunday, January 03, 2016
Promised Land
What is promised land? The inheritance and reward is actually not the milk and honey. The sacred inheritance inside the mystery of promised land is God himself. That is why the Levites did not get the land inheritance.
Saturday, January 02, 2016
Sebuah Natal Yang Kelabu
Hari Natal ini, aku tertumbuk pada sebuah artikel di Christianity Today yang ditulis oleh Mandy Rodger-Gates, Let Christmas be Complicated. Dalam artikel tersebut, Mandy menuliskan tentang Natal yang kelabu dan menyingkapkan beberapa hal yang jarang dibahas orang di hari Natal. Misalnya, tentang pembunuhan para bayi waktu kelahiran Yesus. Kejadian itu untuk memenuhi nubuatan, seperti dituliskan Matius. Tentunya jeritan keperihan para ibu yang anaknya terbunuh, bukanlah sebagai tumbal untuk memenuhi nubuatan itu. Tetapi, mengapa? Mengapa itu harus terjadi? Tentunya Tuhan yang sudah menubuatkan ini ribuan tahun sebelumnya dapat mencegah hal ini?
Kelabu, tidak hitam dan tidak putih. Saya suka sekali komentar Mandy tentang penyederhanaan. The human minds craves simplicity. We tend to simplify otherwise complex situations so that solutions are clear to us. Pikiran manusia merindukan kesederhanaan. Kita cenderung untuk menyederhanakan permasalahan yang kompleks, supaya solusinya menjadi jelas bagi kita.
Kita ingin solusi yang sederhana dan jelas. Jika kita memiliki masalah, kita berdoa, maka saat ini juga masalah kita selesai. Jika Tuhan mengasihi kita, maka semua masalah kita akan selesai. Sakit penyakit tiada. Berkat, kemakmuran dan uang adalah bagian kita di bumi ini, tidak perlu-lah kita kuatir akan kebutuhan materi. Kita tidak akan pernah celaka, karena kita selalu aman dalam lindunganNya. Bukankah Tuhan yang empuNya segalaNya dan Dia Maha Kuasa?
Di gereja-gereja modern seringkali penyederhanaan ini yang menjadi corong di atas mimbar. Sederhana dan relevan, dan itulah yang dibutuhkan orang-orang.

Permasalahannya, saat kita bertemu sesuatu yang kelabu. Jika kita bertemu orang-orang yang sakit dan belum sembuh juga setelah waktu berlalu lama. Jika kita bertemu orang-orang yang kesepian, dan apa yang mereka rindukan adalah hal yang biasa saja, bukan keserakahan. Jika kita bertemu orang-orang yang kuatir, yang tidak memiliki harta seperti orang-orang yang bersaksi di mimbar..... Apa yang hendak engkau katakan? Tuhan itu baik! Ya betul, dia akan menjawab, lalu mengapa keadaanku seperti ini setelah bertahun-tahun?

Atau mungkin, kita sendiri, jika apa yang kita inginkan tetap tidak terjadi, maka pikiran kita akan menyederhanakannya dan mencari jawaban yang seringkali menyesatkan kita. Mungkin karena aku tidak melayani, mungkin karena persembahanku kurang, mungkin karena dosa-dosaku, mungkin karena aku lupa berdoa tadi pagi ....... di lubuk hati kita yang jauh kita berpikir juga, mungkin Tuhan tidak mengasihi kita, mungkin Dia bohong, namun pikiran terakhir ini seringkali terpendam dalam ketakutan.
Gereja-gereja tradisional berkutat dengan penjelasan yang filosofis dan teologis, seringkali terlalu berat untuk para musafir yang lelah. Di sisi yang lain, mereka tidak menyederhanakan, tetapi meninggalkan sang musafir itu di padang yang kering, kelelahan dan kehausan. Apa yang kita rindukan adalah Allah yang nyata dan turut campur dalam kehidupan sehari-hari, yang menyembuhkan ketika sakit, yang memberi uang ketika kelaparan, dan seterusnya.
Jadi bagaimana?
Di satu sisi kita merindukan Allah yang nyata, yang praktikal, yang turut campur dan pikiran kita yang ngidam akan kesederhanaan, ingin membuat hidup dan dunia ini indah dan simpel. Tuhan akan menjauhkan kita dari semua celaka, dari semua nyamuk malaria dan demam berdarah dan virus ebola. Tuhan akan selalu menyediakan uang dan rumah yang nyaman dan hormat dari orang-orang, baik itu boss kita sendiri atau karyawan atau musuh kita. Tuhan memberkati keluarga kita dengan pasangan yang sempurna, anak-anak yang berbakat.... dan lain-lain, dan seterusnya.
Kesederhanaan itu kadang berbenturan dengan kenyataan. Orang yang kita kasihi tidak memperoleh kelepasan dari pergumulannya, pengerja gereja meninggal dalam kecelakaan yang tragis dan meninggalkan anak 3 tahun sebagai yatim piatu, pekerjaan kita penuh tekanan dan kekuatiran mendera seperti gelombang tsunami, dan lain-lain....
Tentu saja kita juga mendengar dan melihat banyak mukjizat terjadi, cuma dalam hukum kesederhanaan, bukankah it's all or nothing? Seperti hukum gravitasi, semua benda yang dilempar ke atas harus jatuh ke bawah, bukan? Semuanya. Dan pikiran kita menjadi lelah kalau menemukan ada anomali-anomali, terlebih kalau itu dekat dalam hidup kita. Mengapa kadang bisa kadang tidak bisa? Kadang sembuh kadang tidak...
Di penghujung tahun ini, satu hal diberikan kepadaku untuk diriku mencoba berdamai dengan diriku sendiri.
Pesan Tuhan itu sederhana, namun tidak berarti kita menjadi sok tahu dan menjadikan segala sesuatu sederhana sesuai hikmat kita.
Pesan Tuhan, Dia mengasihi kita dengan kasih yang tidak terukur dan kebenaran-Nya menjamin segala sesuatu dan menyelesaikan segala sesuatu. Inilah hal yang pasti. Namun dengan rendah hati, kita dapat menerima bahwa kita tidak selalu dapat mengerti segala sesuatu. Mengapa ini dan itu terjadi? Kita tidak mengerti, mungkin cuma sekarang, atau mungkin juga sampai kita mati. Satu hal pasti, Tuhan mengasihi dan memelihara kita. Bagaimana cara Dia mengasihi dan memelihara kita, itu urusan Dia. Bagian kita percaya saja.
Dipikir-pikir, aneh sekali Paulus menulis soal kekurangan dan kelaparan. Bukankah itu sepertinya bertentangan dengan ajaran yang sederhana bahwa kita seharusnya tidak mengalami hal itu? Tetapi itu kelihatannya tidak menjadi soal bagi Paulus, yang dia yakini bahwa dia dapat menanggung segala sesuatu, karena Kristus. Jikalau dia tidak yakin akan kasih dan kuasa Kristus, bagaimana dia bisa merasa tenang dalam perkara apapun?
Indah semua, yang Tuhan bri ....
Kelabu, tidak hitam dan tidak putih. Saya suka sekali komentar Mandy tentang penyederhanaan. The human minds craves simplicity. We tend to simplify otherwise complex situations so that solutions are clear to us. Pikiran manusia merindukan kesederhanaan. Kita cenderung untuk menyederhanakan permasalahan yang kompleks, supaya solusinya menjadi jelas bagi kita.
Kita ingin solusi yang sederhana dan jelas. Jika kita memiliki masalah, kita berdoa, maka saat ini juga masalah kita selesai. Jika Tuhan mengasihi kita, maka semua masalah kita akan selesai. Sakit penyakit tiada. Berkat, kemakmuran dan uang adalah bagian kita di bumi ini, tidak perlu-lah kita kuatir akan kebutuhan materi. Kita tidak akan pernah celaka, karena kita selalu aman dalam lindunganNya. Bukankah Tuhan yang empuNya segalaNya dan Dia Maha Kuasa?
Di gereja-gereja modern seringkali penyederhanaan ini yang menjadi corong di atas mimbar. Sederhana dan relevan, dan itulah yang dibutuhkan orang-orang.
Permasalahannya, saat kita bertemu sesuatu yang kelabu. Jika kita bertemu orang-orang yang sakit dan belum sembuh juga setelah waktu berlalu lama. Jika kita bertemu orang-orang yang kesepian, dan apa yang mereka rindukan adalah hal yang biasa saja, bukan keserakahan. Jika kita bertemu orang-orang yang kuatir, yang tidak memiliki harta seperti orang-orang yang bersaksi di mimbar..... Apa yang hendak engkau katakan? Tuhan itu baik! Ya betul, dia akan menjawab, lalu mengapa keadaanku seperti ini setelah bertahun-tahun?

Atau mungkin, kita sendiri, jika apa yang kita inginkan tetap tidak terjadi, maka pikiran kita akan menyederhanakannya dan mencari jawaban yang seringkali menyesatkan kita. Mungkin karena aku tidak melayani, mungkin karena persembahanku kurang, mungkin karena dosa-dosaku, mungkin karena aku lupa berdoa tadi pagi ....... di lubuk hati kita yang jauh kita berpikir juga, mungkin Tuhan tidak mengasihi kita, mungkin Dia bohong, namun pikiran terakhir ini seringkali terpendam dalam ketakutan.
Gereja-gereja tradisional berkutat dengan penjelasan yang filosofis dan teologis, seringkali terlalu berat untuk para musafir yang lelah. Di sisi yang lain, mereka tidak menyederhanakan, tetapi meninggalkan sang musafir itu di padang yang kering, kelelahan dan kehausan. Apa yang kita rindukan adalah Allah yang nyata dan turut campur dalam kehidupan sehari-hari, yang menyembuhkan ketika sakit, yang memberi uang ketika kelaparan, dan seterusnya.
Jadi bagaimana?
Di satu sisi kita merindukan Allah yang nyata, yang praktikal, yang turut campur dan pikiran kita yang ngidam akan kesederhanaan, ingin membuat hidup dan dunia ini indah dan simpel. Tuhan akan menjauhkan kita dari semua celaka, dari semua nyamuk malaria dan demam berdarah dan virus ebola. Tuhan akan selalu menyediakan uang dan rumah yang nyaman dan hormat dari orang-orang, baik itu boss kita sendiri atau karyawan atau musuh kita. Tuhan memberkati keluarga kita dengan pasangan yang sempurna, anak-anak yang berbakat.... dan lain-lain, dan seterusnya.
Kesederhanaan itu kadang berbenturan dengan kenyataan. Orang yang kita kasihi tidak memperoleh kelepasan dari pergumulannya, pengerja gereja meninggal dalam kecelakaan yang tragis dan meninggalkan anak 3 tahun sebagai yatim piatu, pekerjaan kita penuh tekanan dan kekuatiran mendera seperti gelombang tsunami, dan lain-lain....
Tentu saja kita juga mendengar dan melihat banyak mukjizat terjadi, cuma dalam hukum kesederhanaan, bukankah it's all or nothing? Seperti hukum gravitasi, semua benda yang dilempar ke atas harus jatuh ke bawah, bukan? Semuanya. Dan pikiran kita menjadi lelah kalau menemukan ada anomali-anomali, terlebih kalau itu dekat dalam hidup kita. Mengapa kadang bisa kadang tidak bisa? Kadang sembuh kadang tidak...
Di penghujung tahun ini, satu hal diberikan kepadaku untuk diriku mencoba berdamai dengan diriku sendiri.
Pesan Tuhan itu sederhana, namun tidak berarti kita menjadi sok tahu dan menjadikan segala sesuatu sederhana sesuai hikmat kita.
Pesan Tuhan, Dia mengasihi kita dengan kasih yang tidak terukur dan kebenaran-Nya menjamin segala sesuatu dan menyelesaikan segala sesuatu. Inilah hal yang pasti. Namun dengan rendah hati, kita dapat menerima bahwa kita tidak selalu dapat mengerti segala sesuatu. Mengapa ini dan itu terjadi? Kita tidak mengerti, mungkin cuma sekarang, atau mungkin juga sampai kita mati. Satu hal pasti, Tuhan mengasihi dan memelihara kita. Bagaimana cara Dia mengasihi dan memelihara kita, itu urusan Dia. Bagian kita percaya saja.
Satu ayat yang memberikan penghiburan bagiku dari Rasul Paulus.
"Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan.”
Filipi 4:12
Dipikir-pikir, aneh sekali Paulus menulis soal kekurangan dan kelaparan. Bukankah itu sepertinya bertentangan dengan ajaran yang sederhana bahwa kita seharusnya tidak mengalami hal itu? Tetapi itu kelihatannya tidak menjadi soal bagi Paulus, yang dia yakini bahwa dia dapat menanggung segala sesuatu, karena Kristus. Jikalau dia tidak yakin akan kasih dan kuasa Kristus, bagaimana dia bisa merasa tenang dalam perkara apapun?
“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” Fil 4:13
Ayat ini yang sering disalah-gunakan dan diartikan seolah-olah kita dapat memperoleh apapun yang kita inginkan dengan memperalat Tuhan, padahal Paulus justru menuliskan apapun yang terjadi, dia tahu Tuhan akan menyertai dan memberi kekuatan kepadanya untuk menanggung segala sesuatu.
Tulisan ini aku tutup dengan sebuah lagu dari Yerikho VG. Lagu ini favorit-ku dan menjadi penghiburan di tahun-tahun pertama kuliahku di UNDIP, karena kekecewaanku tidak bisa masuk ITB.
Indah semua, yang Tuhan bri ....
Wednesday, September 16, 2015
Scared
On the high steep escalator at Buona Vista, my son held my arm tightly
F: Are you scared?
S: Yes, I am
F: No you are not
S: Yes!
F: No!
S: Yes!
F: Why are you scared, I am holding you tightly.
S: Yes, but what if you fall too?
It's also a happening day to day, when I am the son with Heavenly Father
F: Are you scared?
S: Yes, I am
F: No you are not
S: Yes!
F: No!
S: Yes!
F: Why are you scared, I am holding you tightly.
S: Yes, but what if you fall too?
It's also a happening day to day, when I am the son with Heavenly Father
Sunday, August 09, 2015
In the darkness
In the darkness, I will let myself fall into His good hands
If He does not catch I will be crushed
I know not what's coming neither do I even know what to ask
I do not know if I have enough faith, closing the eyes, I surrender
The Love will take care. How? I do knot know.
Saturday, July 18, 2015
The Yeast of the Pharisees and Herod
14The disciples had forgotten to bring bread, except for one loaf they had with them in the boat. 15“Be careful,” Jesus warned them. “Watch out for the yeast of the Pharisees and that of Herod.”
16They discussed this with one another and said, “It is because we have no bread.”
17Aware of their discussion, Jesus asked them: “Why are you talking about having no bread? Do you still not see or understand? Are your hearts hardened? 18Do you have eyes but fail to see, and ears but fail to hear? And don’t you remember? 19When I broke the five loaves for the five thousand, how many basketfuls of pieces did you pick up?”
“Twelve,” they replied.
20“And when I broke the seven loaves for the four thousand, how many basketfuls of pieces did you pick up?”
They answered, “Seven.”
21He said to them, “Do you still not understand?”
This is one of the difficult passage. I guess, not easy to understand. How on earth, the yeast, bread and some chit-chat about left over can be simply summarised with, "Do you still not understand?"
No ! Of course, I don't understand.
That night as I read through my heart was filled with joy. As the passage is really talking about my situation.
Jesus was talking about spiritual things. His disciples' mind is not there. They are more concerned, worried, interested, engaged, devoted on the real matter. The bread.
The food on the table. The bills to pay. The money we need to buy things in the world, be it for ourselves or even for ministry. The kids' education. The job security. Money, money and money. $$$$....
I remember years ago, at a night Bible class at Singapore Bible College. We were studying Thessalonian's letters. We discussed about rapture and eschatology. I remember I asked the question, 'What's the relevancy of all those for our lives? Rapture, end time, when it comes it will come. What matter now is how we are going to pay the house loan and those bills....'
Nobody was impressed with that question, and the lecturer brushed off the question.
I still ask that question today, and today I read Jesus told the disciples, "Did not you just have seen and experienced all the miracles (that I multiplied the bread to feed the 4 and 5 thousands) to show that I PROVIDE, I AM THE PROVIDER - that you even have the left overs! Hello....how many left overs did you have?? ...... Can you count, please? How many that one? And the other one?
......
.....
Do you still not understand?
Friday, July 17, 2015
Orang tua dan Persembahan
Malam itu saya hendak menyelesaikan urusan belanja bersama isteri saya, ke sebuah toko tidak terlalu jauh dari rumah. Kami menyetop taksi dan menemui seorang sopir yang sangat ramah, kelewat ramah malah, hehehe. Karena dengan PD-nya dia asyik mengobrol dan tanpa sungkan-sungkan bertanya-tanya dan mengomentari beberapa hal yang agak pribadi.
Terkadang untuk menghindari pertanyaan-nya itu, saya balik mewawancara beliau dan menanyakan hal-hal standard seperti umur, anaknya berapa, sudah punya cucu?
"Tebak saja berapa umur saya," katanya terkekeh.
"60 lebih," ujar saya, sengaja dimiringkan ke bawah sedikit.
"73! Saya sudah 73!" dengan tertawa-tawa dia berucap.
"Sudah punya cucu, dong?"
"Ya, ya sudah ada satu. Saya ada dua anak perempuan."
"Ya sudah enak-lah, ini kan cuma 'passing time' saja, kerja untuk hiburan saja, kan?"
Hening seketika, lalu tiba-tiba atmosfer percakapan kita sedikit berubah. Dari udara cerah, tiba-tiba turun hujan lebat dari awan mendung.
"Saya bekerja untuk mencukupi diri sendiri. Saya punya anak laki-laki, dia jadi Kristen, terus kawin dan tidak pernah dia memberi saya satu sen pun!" Katanya keras, sambil mengacungkan satu jari. Suaranya marah bergetar.
*****
Malam itu kebetulan (atau bukan kebetulan), saya membaca dari Markus 7.
7:6 Jawab-Nya kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku 1 . 7:7Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. k 7:8 Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia 2 . l " 7:9 Yesus berkata pula kepada mereka: "Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu m sendiri. 7:10 Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! n dan: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati. o 7:11Tetapi kamu berkata: p Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban--yaitu persembahan kepada Allah--, 7:12 maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatupun untuk bapanya atau ibunya. 7:13 Dengan demikian firman Allah q kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat r yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan."
Saya teringat banyak cerita. Misalnya ada seorang anak perempuan yang tidak bersedia menampung ibunya. "Tidak ada waktu untuk mengurus mamah, soalnya saya sibuk pelayanan kunjungan ke rumah sakit..."
Atau banyak yang setia memberikan perpuluhan kepada gereja-gereja (yang sangat menekankan perpuluhan tapi tidak pernah mengajarkan soal orang tua), tetapi menelantarkan orang tua-nya.
Sekiranya kita hidup di bawah hukum, memang melaksanakan perintah atau aturan yang dikeluarkan gereja, rasanya lebih sreg. Ibaratnya kita berusaha untuk lulus ujian dan ini loh contoh jawaban yang memang dikeluarkan dan diberkati oleh gereja. Ngasih persembahan. Bikin gereja lebih gede lagi sesuai ambisi pendetanya. Kayanya itu syarat-syarat supaya kita lulus ujian dan naik kelas.
Tapi, kalau kita memang mau di bawah hukum, maka kita wajib memenuhi SEMUA hukum Taurat dengan sempurna. Yang satu harus dilakukan, yang lain jangan diabaikan.
Tidak sanggup?
Makanya kita cuma bisa berpaling kepada kasih karunia dan belas kasihan Illahi. Pada saat kita membebaskan diri dari tuntutan hukum itu, maka kita memberikan hati dan pikiran dan nalar kita dipimpin oleh Roh Kudus. Dia membukakan rahasia sejati dari Firman Allah dan apa yang Dia maksud. Hal-hal yang sederhana seperti yang Yesus bilang, mosok bisa pamer kasih persembahan ke gereja tetapi orang tua ditelantarkan..... - di bawah "hukum" kasih karunia, tiba-tiba menjadi alami dan jelas ..... apa yang sebetulnya murni dan berarti.
God help us to live under your grace so Your Spirit shall lead our every step.
Thursday, July 16, 2015
Tuesday, July 14, 2015
The tranquility
The answer to your restlessness and struggle is not:
- a better job with better pay with better boss with better company
or
- a grand business or super investment that will give you grand passive income
or
- a goverment system that guarantee job security and social support
It lies in the faith of and to God. The world will always be stormy and no secure place on earth to stand firm for us.
Only in God is the constant place of peace regardless of external situation.
You just have to believe.
(Mark 5, 6; Phil 4)
Wednesday, June 24, 2015
The sign
Is this the sign I saw in vision 9 years ago?
I prayed. Then I saw this. Rainbow.
I looked for the sign again but it's raining so I could not continue, instead I found this.
In the next morning I saw the grass flower. It's negelcted by everyone by God took great care to dress them.
Friday, June 19, 2015
Kidung Cinta Musim Semi
Kala cinta tiba dan menyapa,
Lihat! Dia melompat riang memasuki gerbang
menerobos pegunungan, melompati seribu bukit
Kekuatannya melebihi sang bumi yang mengikat dasar gunung
Lihat! Cinta tiba dihantar oleh Sang Empunya cinta
Kala cinta datang menyambut,
Lihat! Dia lebih manis dari curahan anggur yang terbaik
Senyumnya memancar lebih dari seribu lilin
Bukankah cinta lebih terang dari mentari?
Lihat! Sang Empunya terang menghadapkan wajahNya
O, datanglah cinta, sambutlah dia
Musim dingin yang sepi sudah berlalu
Bunga-bunga musim semi menari di padang
Seluruh dunia bernyanyi dalam paduan suara
Biarkan cinta memancarkan wajahnya
Biarkan cinta menyanyikan lagunya
Merdunya cinta menyertai manisnya hari-hari bersama
Eloknya cinta membawa damai dan sukacita
Di atasnya, Dia yang menganugerahkan segala kasih, tersenyum
Dialah yang mengikat cinta dan memberkatinya
Karena Sang Pencipta sendiri adalah Cinta Kasih.
*** untuk Stefi dan Hendri. God is Love.
==========
Inspirasi dari Song of Solomon 2 - The Message:
Lihat! Dia melompat riang memasuki gerbang
menerobos pegunungan, melompati seribu bukit
Kekuatannya melebihi sang bumi yang mengikat dasar gunung
Lihat! Cinta tiba dihantar oleh Sang Empunya cinta
Kala cinta datang menyambut,
Lihat! Dia lebih manis dari curahan anggur yang terbaik
Senyumnya memancar lebih dari seribu lilin
Bukankah cinta lebih terang dari mentari?
Lihat! Sang Empunya terang menghadapkan wajahNya
O, datanglah cinta, sambutlah dia
Musim dingin yang sepi sudah berlalu
Bunga-bunga musim semi menari di padang
Seluruh dunia bernyanyi dalam paduan suara
Biarkan cinta memancarkan wajahnya
Biarkan cinta menyanyikan lagunya
Merdunya cinta menyertai manisnya hari-hari bersama
Eloknya cinta membawa damai dan sukacita
Di atasnya, Dia yang menganugerahkan segala kasih, tersenyum
Dialah yang mengikat cinta dan memberkatinya
Karena Sang Pencipta sendiri adalah Cinta Kasih.
*** untuk Stefi dan Hendri. God is Love.
==========
Inspirasi dari Song of Solomon 2 - The Message:
Look! Listen! There’s my lover!
Do you see him coming?
Vaulting the mountains,
leaping the hills.
My lover is like a gazelle, graceful;
like a young stag, virile.
Look at him there, on tiptoe at the gate,
all ears, all eyes—ready!
My lover has arrived
and he’s speaking to me!
Do you see him coming?
Vaulting the mountains,
leaping the hills.
My lover is like a gazelle, graceful;
like a young stag, virile.
Look at him there, on tiptoe at the gate,
all ears, all eyes—ready!
My lover has arrived
and he’s speaking to me!
Get up, my dear friend,
fair and beautiful lover—come to me!
Look around you: Winter is over;
the winter rains are over, gone!
Spring flowers are in blossom all over.
The whole world’s a choir—and singing!
Spring warblers are filling the forest
with sweet arpeggios.
Lilacs are exuberantly purple and perfumed,
and cherry trees fragrant with blossoms.
Oh, get up, dear friend,
my fair and beautiful lover—come to me!
Come, my shy and modest dove—
leave your seclusion, come out in the open.
Let me see your face,
let me hear your voice.
For your voice is soothing
and your face is ravishing.
fair and beautiful lover—come to me!
Look around you: Winter is over;
the winter rains are over, gone!
Spring flowers are in blossom all over.
The whole world’s a choir—and singing!
Spring warblers are filling the forest
with sweet arpeggios.
Lilacs are exuberantly purple and perfumed,
and cherry trees fragrant with blossoms.
Oh, get up, dear friend,
my fair and beautiful lover—come to me!
Come, my shy and modest dove—
leave your seclusion, come out in the open.
Let me see your face,
let me hear your voice.
For your voice is soothing
and your face is ravishing.
Thursday, June 18, 2015
Age is passing
Do not round around the same mountain again and again, remember the age is passing. Do not labor to climb the ladder just to find out once you are on top of it, that the ladder is at the wrong house. (JP, 14 June 2015)
Subscribe to:
Posts (Atom)