Saturday, June 14, 2014

The Search of men

Setelah mencapai usia 40 tahun, kadang-kadang dalam kelelahan terpikir juga orang itu hidup untuk apa ya? Layangkan pandangan ke luar jendela, dari kota metropolis, ribuan jutaan orang bergerak cepat tergesa. Seperti gelisah. Sebagian tercecer, sebagian bersinar di balik jas ribuan dollar di atas mobil mewah. Untuk apa? Seperti semut mereka bergerak dengan cepat dan pasti. 

Aku pikir susah payahnya orang di kolong langit sepertinya karena dua hal. Untuk menghindari kepedihan dan untuk mengejar kesenangan atau kenyamanan. Dua-duanya baik dari sisi fisik atau non fisik. Paling tidak sistem dunia ini mendesain seperti demikian.

Kebanyakan orang menterjemahkannya dengan satu atau dua solusi. Uang dan kekuasaan. Dengan uang, kita dapat menghindari kepedihan dan kesakitan fisik. Lapar? Kalau punya uang makan apapun bisa. Kedinginan, kehujanan. Uang membelikan pakaian dan rumah, juga dengan air panas otomatis. ( Saya teringat nasehat seorang konglomerat dulu - waktu dia kecil kalau mau mandi air panas mesti masak air dulu, makanya dia ngga mau miskin lagi karena repot mesti masak air :) ). Uang juga menghindari kepedihan non fisik, yaitu penghinaan. Bahkan sesungguhnya banyak orang kaya yang takut miskin bukan karena takut penderitaan fisik, misalkan mesti ngirit makan, tetapi karena tidak mau dihina. Siapa yang akan menghina kamu kalau kamu naik jaguar dan tinggal di istana gading? Uang juga dipersepsikan bisa menghindari sakit - bisa bayar dokter dan rumah sakit yang termahal - apalagi karena dokter juga butuh uang.

Selain kepedihan, kesenangan dan kenyamanan adalah pendorong orang untuk bekerja keras. Kesenangan makan makanan yang enak, minum yang aneh-aneh, rumah yang nyaman, pelayan, mobil - semua memuaskan secara fisik. Dengan uang, bisa meningkatkan kesehatan, beli semua makanan organik, supplemen kesehatan, dokter pribadi, dan semua alat canggih lainnya. Sejak jaman dulu para raja juga koleksi dari cula badak, sampai kemaluan binatang katanya untuk meningkatkan kesehatan. Uang juga bisa membeli kesenangan fisik untuk memuaskan nafsu manusia. Uang juga memberikan kepuasan non fisik. Penghargaan, kehormatan - wow! Kalau punya uang, PR bisa disewa untuk bikin pencitraan. Pergi ke ujung dunia yang paling eksotik? Mengencani aktris cantik? Semua mungkin karena uang, kan?

Jadi demikian, sederhananya basic instinct manusia. Hindari kepedihan, kejar kenikmatan. Hidup pun jadi berarti, demikian kata sistem yang berjalan sekarang.

Bagaimana kalau ada sistem yang lain? Bahwa manusia hidup karena memiliki suatu makna. Dan tujuan kita hidup itu untuk menemukan makna itu. Dalam pencarian makna itu, hal-hal seperti cinta, Pencipta, sukacita menjadi sesuatu yang lebih bermakna daripada sekedar menghindari kepedihan dan mengejar kenikmatan. 

Pada akhirnya, aku tidak tahu mengapa mesti ada kepedihan dan kenikmatan dan siapa yang menciptakan sistem seperti itu.

Tetapi berhenti sebentar, dan berpikir hidup ini untuk apa dan bermakna apa, menanyakan pada diri sendiri - takutkah kita akan kesakitan fisik dan penghinaan? Benarkah jiwa kita haus akan kehormatan dan kenikmatan duniawi?